Senin, 31 Maret 2014

GLOBAL BUSINESS IS THE DREAM TO BE REALIZED!!!



Salam Entrepreneur…

Mengakhiri sesi perkuliahan T100x dengan materi Global Opportunities, bagi saya sungguh membuka cakrawala berpikir yang begitu luas dan membuat hati menjadi lapang. Materi tersebut benar-benar mengajari fikiran saya dan memecut semangat saya untuk segera berpacu melakukan perubahan-perubahan pada usaha yang sedang dijalani untuk menjadi leader sehingga memiliki peluang yang besar untuk masuk ke dalam bisnis global.

Dalam jurnal refleksi  ini, saya memohon ijin kepada Team penyelenggra T100x untuk mengutip apa yang disampaikan oleh para pemateri ke dalam blog tempat menuliskan tugas dalam bentuk jurnal refleksi ini. Mengapa saya banyak mengutip? Karena  materi Global Opportunities isinya begitu padat dan penting. Disamping itu, kutipan-kutipan ini mudah-mudahan bisa menjadi pengetahuan bagi para pembaca blog saya yang berjiwa entrepreneur yang belum berkesempatan mengikuti kuliah online T100x sehingga bisa tertarik utuk mngikuti kuliah UCEOnline.

Para pembaca, inilah beberapa kutipan dari pokok bahasan Global Opportunities yang saya ikuti di perkuliahan UCEOnline.

1.      Bapak Ir. Ciputra
Membangun Bisnis Global
Anda harus menjadi leader di dalam negeri, baru Anda akan bisa bersaing dengan brand luar negeri. Ada orang berfiikir, “Saya ingin bersaing dengan produk luar negeri”, tapi di dalam negeri pun dia belum menjadi leader. Itu terlalu cepat. Kita menciptakan brand yang menjadi ingatan untuk semua orang dalam negeri.

Brand lokal jika ingin menang persaingan di internasional, maka dalam negerinya harus sudah mempunyai prestasi.

jadi Anda harus berusaha untuk menjadi leader di dalam negeri, menjadi brand image dalam negeri, menjadi ikon dalam negeri, maka itu referensi yang paling baik untuk bersaing di luar negeri.

2.      Sudhamek AWS
From Success to Significant
Seperti yang dikatakan oleh Schumpeter bahwa satu negara itu ekonominya akan maju, pertama, dilahirkannya entrepreneur-entrepreneur. Kedua, dibangunnya sebuah sistem yang bisa mendorong terjadinya kreativitas dan inovasi. Ketiga tentunya adalah inovasi itu sendiri.

Inovasi pada akhirnya adalah kunci utama bisnis apapun untuk bisa bukan hanya survive saja tapi untuk menjadi pemenang dalam jangka panjang.

Pertama, Inovasi itu sendiri bisa dari dalam bisa dari luar, bisa karena karya dari pemikiran seseorang, bisa juga karena dia itu output karena bekerjanya sebuah sistem. Artinya untuk melalukan inovasi itu perlu juga dibangun sebuah sistem sehingga bisa terdorong lahirnya inovasi tadi.

Kedua, inovasi itu adalah formula dari invention plus commercialization, artinya ada temuan-temuan, tapi temuan itu bisa menjadi komersil. Anda menemukan sebuah produk katakanlah anda bisa membikin sebuah pesawat super sonic, tapi kalau tidak ada nilai komersilnya that is not a innovation, that is only invention.

Ketiga, yang perlu diingat yang namanya inovasi itu prosesnya dimulai dari ideation, dari ideation itulah keluar creativity, creativity itu diwujudkan dengan outcome tertentu atau output tertentu dan di situlah akan terjadi innovation.

Yang keempat  inovation itu jangan  dilihat dalam artian produk inovation saja. Bahwa proses pun adalah sebuah inovation, termasuk strategi adalah innovation. Yang paling impactfull adalah innovation dalam sebuah strategi yang dampaknya paling besar, bahkan lebih besar dari produk innovation.

Ini yang kemudian tinggal kita sikapi, kalau perusahaan kita masih kecil, maka kita belum bisa muluk-muluk melakukan inovasi dalam membangun sistem segala macam.  Disinilah balik lagi kepada peran dari pendiri tersebut untuk memeras otaknya mengeluarlah ide-ide terobosan dan kemudian ide-ide itu dia wujudkan dari sebuah ideation menjadi sebuah inovation.

Misalnya pada waktu saya pertama kali masuk di bisnis minuman. Saya tahu bahwa kita sebagai new player di minuman. Pemain minuman sudah cukup banyak, maka saya berpikirnya masuk dari satu pintu menyerbu ke sarang musuh kita dengan memilih pintu gerbang yang penjaganya relatif paling lemah.

Pada saat itu saya masukan produk minuman dengan memperkenalkan jenis minuman yang memang belum ada di pasar, (balik lagi ini differentation saya katakan). Minumam tang belum ada dipasaran tersebut namanya jelly.  Itu adalah masuk dalam kategori confectionary, itu bukan minuman, di situ kemudian saya modifikasi sedemikian rupa dimana jelly itu saya buat lebih encer sehingga dia bisa diklip menjadi jelly drink tapi bukan hanya sekedar bentuk minuman jelly drink tapi saya tambahkan ingredient tertentu yang memberikan nilai tambah bagi konsumen kita.

Terus ada differentationnya, itupun saya luncurkan dengan packaging yang sedemikian rupa yang di pasar saat itu belum ada. Singkat kata dari packaging, dari produknya  dari cara menjualnya, dari komunikasinya, semua kita bikin memang berbeda dan perbedaan itu sekali lagi di appreciate oleh konsumen dan itu yang kemudian menjadi sebuah keberhasilan. Okky Jelly Drink itu riwayatnya seperti itu, jadi sekedar contoh saja

Kalau bisnis itu, bukan  semata-mata sebagai sebuah prasarana menghasilkan profit yang sebesar-besarnya. Dulu waktu kita kuliah diajari ekonomi, dalam pengantar ilmu ekonomi bahwa prinsip ekonomi itu adalah bagaimana dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya menghasilkan yang sebesar-besarnya. Itu saya bilang prinsipnya orang judi. Tentu maksudnya tidak seperti itu. Sebetulnya kalau dijabarkan jadi ada dua prinsip yaitu dengan pengorbanan sekecil-kecilnya menghasilkan hasil yang tertentu, dan dengan pengorbanan tertentu menghasilkan hasil sebesar-besarnya. Itu baru lebih make sense.

Nah, sebuah bisnis itu, dengan pengorbanan tertentu menghasilkan yang sebesar-besarnya, lalu yang sekecil-kecilnya menghasilkan  yang tertentu. Di sini tentunya akan menghasilkan nilai tambah. Nilai tambah dalam bahasa seorang accounting disebut dengan profit. Bahasanya accounting nilai tambah itu profit, kalau bahasanya konsumen lain lagi dengan makna nilai tambah. Konsep nilai tambah itu tergantung pakai konsepnya orang keuangan atau konsepnya seorang filosof atau konsepnya orang makro tentu beda pengertiannya. Nah dalam konteks ini, profit itu memang diperlukan seperti apa yang saya katakan, tapi itu untuk menumbuhkan usaha. Itulah pertumbuhan usaha yang paling sehat, sumber uangnya itu bukan dari bank, tapi dari hasil operation. Hasil operation itu baru akan ada uang lebih kalau ada profit.

Kalau uang yang dihasilkan sama dengan pada waktu beli bahan mentah dan untuk membayar gaji karyawan uangnya itu berputarnya ke situ terus nggak ada cash flow yang lebih. Free cash flow diperlukan supaya bisa tumbuh lebih besar lagi, tapi sekali lagi seperti tadi saya katakan kalau bisnis itu hanya orientasinya kepada profit, maka suatu ketika kita akan berada di tingkat economic animal, ini yang mesti hati-hati.

Manusia kalau ditanya, semua pasti kepengennya hidup untuk bahagia. Enggak ada satu orangpun yang ditanya, ”Eh ada enggak yang bercita-cita suatu ketika kamu kepengen semakin lama semakin menderita?” Saya percaya, enggak ada satu manusia pun yang seperti itu. Dan unfortunately kebahagiaan itu bukan hanya monopoli orang kaya, kebahagiaan itu bukan terkait soal apa yang dimiliki, karena kebahagiaan itu sebetulnya rumusnya adalah total possesion dibagi desire itulah happines. Apa yang dimiliki dibagi dengan apa yang diinginkan. Kalau yang dimiliki itu tertentu dan keinginannya tambah lama tambah membesar, sebuah bilangan dibagi dengan bilangan tambah besar hasilnya tambah kecil, kebahagiannya turun. Sebaliknya dia hanya punya secukupnya saja dan keinginannya sangat terkendali bahkan sangat minimal sekali, sebuah bilangan tertentu dibagi dengan bilangan semakin kecil hasilnya semakin bertambah besar, kebahagiannya bertambah. Nah, ini yang perlu disadari bahwa kita kepengen semuanya bahagia.

Bisnis itu bukan tujuan akhirnya untuk mencari profit, bisnis itu hanya sekedar sarana supaya dalam mengisi kehidupan kita jadi lebih bermakna. Itu yang sering saya katakan from succes to significant, dari keberhasilan menuju ke bermaknaan dan kita baru mengatakan menuju kebermaknaan kalau memang bisnis yang kita bangun itu berfaedah bagi banyak orang, balik lagi urip iki urup, jadi hidup itu memang harus berfaedah untuk banyak orang.

Dan sekali saja anda memiliki motivasi yang mulia seperti itu, energi akan mengalir dengan sendirinya. Anda tidak akan merasa lelah atau kelelahan didalam membangun bisnis. Mengembangkan bisnis bukan karena keserakahan, bukan karena lebih ingin mengejar profit, bukan karena kepengen menjadi monopolistik, tapi karena ada tujuan-tujuan lain yang lebih mulia yang ingin dihasilkan.

3.      Inge Gunawan
Global Entrepreneurship and Scaling Up Your Business
Ada tiga hal untuk melakukan Global Entrepreneurship and Scaling Up Your Business. Yang pertama adalah bagaimana untuk mencapai globalisasi itu dengan cara ekspor, kedua bigger  store atau kita memasuki pasar yang disebut dengan multinational company, dan yang ketiga adalah more outlets atau biasanya kita biasa tahu dengan istilah franchise atau waralaba.

Kita bisa lihat, banyak bisnis yang berkembang mulai dengan start up dan berkembang, akhirnya mendapatkan kesempatan untuk melakukan ekspor. Salah satu di antaranya adalah dengan perkembangan adanya website ataupun facebook ataupun segala sesuatu dengan perkembangan internet yang memungkinkan seseorang sekarang menjual barang, bertransaksi dengan mudah melalui online atau website. Bahkan pembayarannya pun bisa dilakukan dengan cara-cara yang sangat simpel. Setelah mereka memilih barang yang mereka lihat, kemudian mereka bisa melakukan transaksi secara online, dan barang bisa dikirim. Apabila tidak sesuai dengan permintaan, bisa dikirim kembali karena mereka sudah memberikan fasilitas juga untuk mengembalikan barang atau produk tersebut.

Kemudian dengan berbagai fasilitas yang saat ini sudah mulai disediakan dengan adanya sistem ekspor secara LCL atau pun secara kontainer, atau pun kita bisa mulai ekspor dengan cara meminjam nama dari perusahaan yang lain yang sudah bergerak di bidang industri tertentu, itu bisa kita lakukan dengan mudah bagi pertama kali company yang akan melakukan ekspor. Jadi, saat ini segala sesuatunya sudah bisa sangat dipermudah untuk melakukan globalisasi.

Yang kedua, yang berikutnya adalah selling to multinational company. Seperti kita ketahui bahwa seseorang memulai start up bisnis dan akhirnya berhasil mengembangkan bisnis tersebut sangat berpeluang untuk memasuki pangsa pasar yang global dengan memasukkan barang atau produk tersebut ke multi nasional company. Artinya, kita memiliki kriteria tertentu seperti Carrefour, Hypermart, atau departmen store lain atau pun juga kita memasuki hotel-hotel berbintang empat atau lima sehingga produk kita semakin masuk ke pangsa pasar global.

Kemudian berikutnya adalah yang kita sebut dengan franchise. Kita bisa lihat bagaimana seseorang yang melakukan start up bisnis mulai dari kecil dan satu store, tetapi kemudian berkembang menjadi beberapa store.

Saya sendiri sebagai fasilitator di berbagai bisnis mahasiswa, saya beberapa kali mentoring projek bisnis mahasiswa ada yang memulai dengan sangat sederhana. Start up bisnis dengan satu outlet kecil, tetapi akhirnya mereka bisa mengemas dan mengembangkannya menjadi beberapa outlet sekaligus dan berkembang dari kota ke kota dan akhirnya bisa memasuki pangsa pasar dengan franchise. Dan mereka bisa menjual franchise tersebut.

Ada beberapa contoh yang saya mau sharingkan, yang pertama adalah kelompok mahasiswa terdiri dari lima orang mahasiswa Universitas Ciputra yang melakukan bisnis di bidang food and beverage. Mereka melakukan bisnis ini pertamakali karena mereka merasa bahwa resources yang mereka miliki adalah di bidang food and baverage. Mereka memiliki passion disitu, kemudian mereka juga memiliki beberapa kenalan di bidang food and beverage, Akhirnya mereka memutuskan setelah berdiskusi dan melihat pasar, mereka melakukan bisnis di bidang vegetarian food. Mereka membuat produk frozen food yang sehat, alami, dari bahan nabati. Kebetulan mereka juga mengenal supplier yang bisa mereka ajak berpartner. Akhirnya mereka memulai bisnis tersebut, memulai dengan door to door, kemudian mereka memulai dengan mencoba memasukkan ke beberapa rumah sakit dan beberapa hotel. Akhirnya mereka berhasil mendapatkan partner yaitu sebuah hotel berbintang empat di Surabaya dan akhirnya sampai sekarang mereka bisa membuka sebuah outlet atau sebuah pojok di hotel tersebut khusus untuk makanan mereka dan mereka mengembangkan makanan ini menjadi sangat bervariasi, kemudian betul-betul makanan ini menjadi ciri khas dari hotel tersebut. Dengan partner yang benar, dengan mereka mengembangkan bisnis ini sesuai dengan resources, dengan passion yang mereka miliki, akhirnya mereka sekarang eksis di hotel tersebut dan mereka mulai akan merambah lagi ke hotel yang lain dan juga rumah sakit.

Kemudian saya juga mengajak beberapa mahasiswa untuk mengikuti Matrade International Trade Fair di kuala Lumpur, Malaysia. Ada beberapa kelompok yang berpameran di sana dan mencoba mengambil kesempatan atau opportunity untuk mendapatkan buyer internasional, atau mereka mau melakukan ekspor. Pada waktu itu ada sekelompok mahasiswa itu juga membawa produk sumber daya/ resources dari Indonesia. Karena mereka memiliki passion dan kebetulan juga family mereka bergerak di bidang sumber daya hasil laut dari Indonesia terutama Indonesia bagian timur, maka mereka membawa beberapa ikan asin, kemudian juga seaweed atau rumput laut dan beberapa produk laut yang lain. Pada waktu itu mereka mendapat kunjungan dari salah seorang calon buyer dan kemudian mereka berdiskusi di sana, di Matrade International Trade Fair tersebut di tempat pameran itu, lalu malamnya mereka diundang dinner oleh calon customer tersebut. Dan akhirnya mereka mendapatkan deal untuk customer tersebut dan sampai sekarang customer itu menjadi pelanggan tetap mereka. Dari situ mereka mengambangkan bisnis yang luar biasa sekali untuk produk seaweed atau rumput laut. Saat ini mereka memiliki pertanian rumput laut sendiri di Madura dan di juga di Situbondo, dan mereka juga betul-betul memukul tengkulak. Artinya mereka betul-betul membeli dari para petani rumput laut tersebut dengan cash. Jadi, mereka tidak menunda atau memberikan kredit-kredit kemudian membeli dengan harga yang murah seperti yang tengkulak lakukan. Dan itu betul-betul memukul tengkulak, dan akhirnya mereka bahkan memiliki resources sendiri, artinya memiliki lahan sendiri untuk produk rumput laut tersebut.

Kemudian saya juga melihat ada beberapa mahasiswa yang mencoba untuk mengembangkan bisnis mereka dengan cara membuka cabang yang baru dan akhirnya bisa menjadi franchise. Tentunya Anda mungkin UC Onliner pernah mendengar tentang Pentol Arcip Universitas Ciputra. Dalam waktu dua puluh bulan, mereka bisa buka sembilan belas outlet di lebih dari lima kota. Dan itu luar biasa sekali. Mereka melakukannya dengan cara yang simpel pertama kali dengan satu outlet kemudian dengan berpartner dengan baik karena salah satu kebetulan juga memiliki resources di penggilingan daging, pengolahan daging dan kemudian mereka membuat itu higienis dan bagus dan kemudian mereka mengembangkannya ke kota-kota besar yang lain dengan cara berpartner juga.

4.      Nur Agustinus
Management Change
Setiap pertumbuhan pasti akan membutuhkan sebuah perubahan. Saya akan mulai dengan sebuah cerita, Anda mungkin tahu sebuah mainan roda yang bisa berputar, yang biasanya kita isi dengan seekor hamster atau tikus putih, dimana tikus ini dia bisa berlari dengan kencang sekali memutar roda putar ini sampai beberapa menit. Nah, hal yang sama sebenarnya terjadi pada perusahaan kita, kita mungkin melakukannya dengan sangat keras, berusaha atau bekerja dengan sangat giat, tetapi perusahaan kita hanya berputar, berputar, berputar di tempat saja. Kita tidak pernah maju. Kita tidak pernah benar-benar bertumbuh. Pertumbuhan yang terjadi mungkin hanya sekitar lima sampai sepuluh persen. Sebetulnya cara terbaik untuk bisa betumbuh adalah segera keluar dari roda putar itu supaya kita bisa melakukan perjalanan yang lain.

Setiap pertumbuhan paling mudah biasanya ditentukan melalui angka penjualan atau market share. Jadi kalau yang pertumbuhan biasa saja itu pertumbuhan per tahunnya hanya sekitar lima sampai sepuluh persen. Tapi mengapa kita membuat program T100, karena kita ingin pertumbuhannya sampai seratus kali. Nah, pertumbuhan di bidang penjualan maupun di bidang pangsa pasar inilah yang menentukan usaha kita berkembang atau tidak. Dan setiap pertumbuhan pasti membutuhkan perubahan. Misalnya saja seperti dikatakan oleh pak Sandiaga Uno bahwa pertumbuhan juga membutuhkan perubahan dari model bisnis.

Albert Einstein pernah berkata, kalau kita menginginkan hal berbeda tapi kita melakukan hal yang sama, itu sama halnya dengan sebuah kegilaan. Artinya tidak mungkin kita mendapatkan hasil yang berbeda kalau kita melakukan hal yang sama, sama, sama saja. Kita harus membuat terobosan, kita harus membuat perubahan.

Kalau kita mau berubah, maka ada tiga tahapan yang harus kita lakukan. Pertama adalah, Anda harus tahu dimana Anda berada saat ini. Ini penting karena kita harus tahu startnya dimana. Kedua, kita harus bisa mendefinisikan atau menentukan tempat yang ingin kita tuju. Tanpa kita bisa menentukan kemana kita mau pergi, tentunya kita juga tidak tahu harus bagaimana, harus apa dan lain sebagainya. Nah, kita juga harus masuk ke dalam tahap yang ketiga setelah tahap yang kedua tadi yaitu menentukan hal-hal apa yang kita perlukan untuk bisa sampai tujuan.

Kita tahu setelah kita mengikuti pembelajaran dari T100 ini bahwa perusahaan umumnya masuk dalam suatu keadaan yang disebut dengan status quo atau kalau kita gunakan masuk dalam hukum inertia. Biasanya untuk berubah sulit sekali. Kurt Lewin dalam teorinya mengenai perubahan organisasi, ada tiga hal yang harus dilakukan. Kurt Lewin mengatakan bahwa tahap awal dari tiga tahap yang dikemukakan yaitu harus melakukan yang namanya unfreze. Artinya kalau perusahaan itu sebelumnya sudah beku, itu harus diunfreze. Harus dicairkan kembali. Setelah baru bisa cair, kita kemudian melakukan yang namanya perubahan. Setelah perubahan terjadi, baru kita melakukan yang namanya refreze. Dibekukan kembali. Jadi, budaya-budaya yang telah dibentuk dari perubahan, itu yang kemudian digunakan untuk mencapai tujuan tadi.

Perubahan yang bisa kita lakukan biasanya dalam tiga hal yaitu pertama, perubahan dalam hal isi. Isi itu menyangkut struktur perusahaan, strategi perusahaan, proses bisnisnya, kemudian tentang teknologinya, budayanya, mungkin juga perubahan dalam hal produk dan jasa yang diberikan.

Perubahan yang kedua adalah di bidang manusianya. Yaitu bagaimana kita membuat orang-orang yang ada dalam organisasi ini menjadi lebih berinisiatif, lebih berusaha lebih baik lagi dalam artian perilakunya, dinamika budayanya ini yang diubah. Nah, perubahan dalam hal budaya ini, ini yang bisa menyangkut sebuah kultur yang berupa isi dari suatu organisasi, bisa juga dari dalam diri individu. Perubahan ini sendiri atau mengubah perilaku ini bisa melalui beraneka ragam cara. Misalnya, kalau kita ingin membuat perubahan dalam hal budaya perusahaan yang lebih entreprenurial, kita bisa menggunakan artefak-artefak atau semacam gambar-gambar yang ditempel di perusahaan, tulisan-tulisan, kutipan-kutipan yang untuk memotivasi. Jadi, artefak-artefak atau simbol-simbol yang kita pasang di perusahaan itu bisa membuat budaya berubah juga.

Yang ketiga yaitu perubahan dalam hal proses. Kalau tadi proses dalam hal isi di organisasi, proses di sini lebih bermakna pada bagaimana kita membuat perencanaan, bagaimana kita mendesain atau mengimplementasi pekerjaan. Nah, tiga hal ini yang bisa kita adakan perubahan. Jadi, perubahan di level organisasi, perubahan di level manusianya, dan perubahan di bidang prosesnya atau prosedurnya.

Dari tiga perubahan yang bisa dilakukan tadi, sebetulnya perubahan dalam hal manusia yang paling sulit. Mengapa? Karena mengelola manusia memang tidak mudah. Ada tujuh macam hambatan yang bisa membuat perubahan itu sulit dilakukan, pertama sikap yang tidak perduli atau berusaha semacam ignorance, mengabaikan “Saya tidak tahu, saya tidak butuh”, misalnya. Atau rejection, penolakan. “Saya tidak ingin untuk…”, Kemudian bisa juga perubahan dihambat karena inability, “Saya tidak bisa”. Ketika perusahaan mengharapkan staffnya melakukan sesuatu untuk tujuan yang lebih baik, mereka bersikap pessimism, merasa pesimis. Jadi belum-belum sudah merasa, “Ini tidak mungkin berhasil”. Atau mungkin merasa terlalu berat, terlalu complicated, “itu terlalu berat”. Ini juga bisa menghambat. Apa lagi kalau misalnya bersikap apatis, “saya tidak bau diganggu” atau misalnya juga undermine, merusak, mengacaukan, “Paling-paling ini juga untungnya bukan buat kita, buat orang lain buat pemilik”. Kadang-kadang hal seperti ini membuat hambatan untuk berubah sehingga memang perlu ada sebuah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melakukan perubahan.

Sehubungan dengan hambatan dalam perubahan ini, Gleicher, Beckhard, dan Harris punya sebuah rumus tentang perubahan. Rumus di sini maksudnya adalah sebuah persamaan, yaitu D x V x F > R. D adalah Disatisfaction artinya ketidakpuasan. V adalah Vision, F adalah First Step, dan R adalah Resistance to Change (hambatan yang dimiliki untuk berubah).

Kalau ketidakpuasan itu tinggi, kemudian vision atau cita-cita orang itu juga tinggi, dan dia juga mau melakukan langkah pertama, maka kalau semua itu lebih besar dari hambatan yang dimiliki, orang itu akan berubah. Jadi, kadang-kadang teori ini juga digunakan orang membuat dirinya dalam situasi misalnya sangat tidak puas, dia bisa berubah.

Misalnya, kita balik dimana D, V, F-nya lebih kecil daripada R, misalnya saja dia merasa dalam zona nyamannya, merasa puas-puas saja, kemudian dia tidak punya visi, artinya dia seperti aliran air, santai-santai saja, dan dia tidak pernah mau melakukan langkah pertama, karena kita ada pepatah yang mengatakan bahwa perjalanan seribu kilometer juga harus dimulai dari satu langkah pertama. Maka dia tidak akan berubah karena dia sudah merasa nyaman, dia tidak punya cita-cita yang tinggi, dan dia juga tidak mau melangkah. Kita harus bisa membuat dalam organisasi kita bahwa ada visi yang besar. Ada dream atau mimpi yang sangat besar yang membuat dia bisa mengalahkan hambatan dalam dirinya.

Bagaimana menggabungkan semua teori-teori yang telah telah saya kemukakan tadi? Bagaimana membuat sebuah perubahan itu berhasil? Kita bisa juga mengacu pada teori yang dikembangkan oleh John P. Kotter. John P. Kotter membuat sebuah buku yang berjudul Leading Change dan juga The Heart of Change. Ada delapan langkah yang perlu dilakukan supaya sebuah perubahan bisa berhasil.
Pertama adalah membangun urgency, artinya kita harus membuat orang-orang yang ada diperusahaan itu yakin bahwa memang kita perlu ada perubahan. Kita perlu keluar dari zona nyaman yang sudah kita miliki tanpa kita berubah, itu bisa berbahaya buat kita. Ada buku lain yang kita bisa baca yang berhubungan dengan perubahan, yaitu Who Moved My Cheese. Buku ini juga bercerita tentang kalau suatu ketika keju yang “Keju itu sebagai metafora dari penghasilan kita” itu tiba-tiba hilang, bagaimana? Apa yang harus kita lakukan? Apa tetap bertahan di tempat itu atau kita harus segera berubah mencari tempat yang baru? Langkah pertama tadi, membangun urgency ini adalah langkah yang merupakan langkah awal yang sangat penting. Tanpa adanya rasa bahwa ini benar-benar penting, jelas  orang susah untuk diajak berubah.

Kedua adalah membentuk koalisi pimpinan yang kuat. Kita tahu bahwa kalau perusahaan itu kecil, kalau kita terdiri dari beberapa orang, umumnya ada beberapa bagian. Paling tidak ada dua bagian yaitu bagian operasional dimana itu mengelola misalnya keuangan, pemasaran, dan bagian yang memang benar-benar mengerjakan main businessnya atau bisnis utamanya. Katakanlah sebuah media cetak misalnya, ada bagian wartawannya atau redakturnya, dan juga ada bagian keuangannya. Ini dua bagian yang berbeda. Mungkin di dunia pendidikan juga sama. Ada bagian operasional, ada bagian akademik. Pemimpin di tiap-tiap bagian ini harus bisa diajak berkoalisi karena seringkali dalam prakteknya antara bagian-bagian ini belum tentu bisa berjalan bersama karena biasanya di bagian marketing selalu memberikan order-order yang banyak sementara di bagian produksinya tadi menjadi kewalahan. Jadi, kadang-kadang dalam perjalanannya mungkin tiba-tiba mereka saling tidak bisa bersinergi dengan baik. Ini harus bisa diciptakan sebuah keadaan dimana para pemimpin ini bisa bersatu, bisa berkoalisi dengan kuat.

Langkah yang ketiga adalah menciptakan visi. Visi yang harus bisa dibagikan. Ini berhubungan dengan langkah yang keempat yaitu mengkomunikasikan visi itu. Visi harus benar-benar dibuat memberikan gambaran tentang tujuan yang ingin dicapai. Ini seperti teori yang tadi dimana visi ini harus jelas, harus dirasa penting bagi semua orang yang ada di perusahaan itu.

Lalu langkah yang kelima, memberdayakan orang lain untuk bertindak sesuai visi. Jadi maksudnya adalah, kalau memang ada orang yang dirasa belum optimal, ini harus bisa segera dioptimalkan. Memang perlu ada tim yang kita sebut dengan agent of change. Jadi, tim ini yang mengatur supaya membentuk urgency, mengatur supaya mengkoordinir pemimpin supaya jadi koalisi yang kuat, menciptakan visi, mengkomunikasikan visi, termasuk memberdayakan orang-orang yang ada.

Keenam, adalah mencatat atau menghasilkan kemenangan-kemenangan jangka pendek. Prestasi-prestasi yang diraih dalam proses perkembangan ini harus dicatat. Supaya apa? Supaya orang yang ikut dalam perubahan ini tahu, “O, iya. Bahwa saya sudah mencapai ini. Saya berhasil membuat prestasi ini”. Kemenangan-kemenangan jangka pendek ini harus diciptakan, artinya harus dihasilkan supaya orang bisa merasakan perubahan.

Langkah yang ketujuh adalah mengkonsolidasikan perbaikan dan menghasilkan lebih banyak perubahan. Jadi, kalau kita sudah punya kemenangan-kemenangan jangka pendek, maka semua itu kita dorong sebagai sebuah langkah perbaikan, plus menambahkan tujuan-tujuan untuk perubahan lebih banyak lagi.

Langkah kedelapan adalah melembagakan perubahan yang baru tersebut. Ini sama seperti di teori Good Lewin, yaitu setelah melakukan perubahan, kita melakukan refreze. Kita membentuk, melembagakan suatu budaya yang baru yaitu budaya yang sudah merupakan perubahan. Proses perubahan ini menjadi sangat penting karena supaya tadi, kalau kita mengharapkan suatu hal yang berbeda dengan cara yang sama, sebetulnya itu akan menjadi omong kosong. Kita harus bisa berubah kalau kita melakukan hal yang berbeda. Kita tidak bisa hanya berputar-putar di roda putar seperti tikus putih atau hamster yang bermain berputar-putar saja. Kita harus bisa melangkah keluar membuat perubahan dan menciptakan kemenangan untuk bisa mencapai hasil yang baik dan bisa tumbuh seratus kali.

Itulah isi materi pada sesi akhir perkulian T100x yang diselenggarakan oleh UCEOnline. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan dan ilmu tersebut sungguh bermanfaat dan membawa semangat untuk bertumbuh. Bertumbuh membangun kapasitas diri dan bertumbuh membangun bisnis milik sendiri.

Salam entrepreneur…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar