Senin, 24 Maret 2014

CALCULATED RISK TAKING AGAR BISNIS TIDAK TERPELANTING



Salam Entrepeneur…

Bagi saya, seorang pemula dalam berwirausaha, pengetahuan tentang calculated risk taking sama sekali kurang dimiliki, mengapa? Karena jangankan mau menambah pengetahuan tentang resiko, ambil resiko aja gak berani. Saya selalu merasa takut kalau mau memulai bisnis, saya selalu menghindari resiko sehingga sama sekali gak pernah mikirin ilmu manajemen resiko.

Nah, setelah mendengar paparan dari Mas Tedy, Bapak Antonius Tanan dan Bapak Nur Agustinus, saya begitu kaget. Ternyata risk taking tidak seseram seperti apa yang dibayangkan dan ditakutkan. Sekarang saya memahami dan meyakini bahwa calculated risk taking adalah bagian yang tak terpisahkan dari manajemen bisnis. 

Dalam tulisan ini, saya akan paparkan apa yang diajarkan oleh Mas Tedy biar orang lain yang yang sama-sama sebagai pemula  dalam berwirausaha atau yang mau berwirausaha bisa memahami pula tentang resiko dan tahu cara mengelola resiko.

Mas tedy mengajari saya bahwa pengertian resiko, dengan merujuk pada definisi yang disampaikan oleh Vaughan yaitu risk is condition in wich there is possibility of an adverse deviation from a desire outcome that is expected or hope for (risiko adalah suatu kondisi dimana dalam kondisi tersebut ada kemungkinan terjadi penyimpangan yang merugikan dari apa yang diharapkan tersebut). Mas Tedy juga  merujuk pada definisi yang disampaikan oleh Jones, yaitu risk the uncertainty that expected outcomes will not  be fulfilled (risiko  ketidakpastian dari hasil yang diharapkan sehingga harapan tersebut tidak akan terpenuhi). Dari dua definisi tersebut Mas Tedy memberikan pengertian tentang resiko yaitu, pertama resiko adalah kerugian yang tidak kita harapkan, kedua resiko adalah penyimpangan dari apa yang kita harapkan. Dan Ketiga, resiko adalah kejadian yang tidak menguntungkan kita.

Menghindari resiko bukan suatu jawaban, tetapi mengahadapi resiko tanpa persiapan adalah konyol, apalagi bergantung pada hoki. Apa yang seharusnya kita lakukan? Kita harus mengenali resiko, kita harus menghadapinya, memperhitungkannya dan mengubah resiko tersebut menjadi keuntungan bagi kita.

Ada dua istilah yang harus dikenali dalam memahami tentang resiko yaitu istilah yang disebut eksposur dan peril. Eksposur adalah yang menjadi sumber resiko sedangkan peril adalah peristiwa yang menimbulkan resiko kerugian atau kehilangan. Contoh, bangunan tempat usaha kita terbakar. Bangunan adalah eksposurnya sedangkan kebakaran adalah perilnya.

Ada enam jenis resiko, yaitu :

1.      Resiko Murni.
Resiko murni adalah suatu resiko dimana kemungkinan kerugian itu pasti ada dan kemungkinan keuntungan dibalik resiko tersebut tidak ada. Contohnya, gedung perusahaan yang mengalami kebakaran, pegawai yang terkena kecelakaan, gedung perusahaan yang terkena banjir. Resiko tersebut biasanya menjadi objek perlindungan asuransi.

Didalam bisnis, Resiko murni ada tiga, pertama resiko aset fisik yaitu semua resiko yang berkaitan dengan aset fisik yang dapat menimbulkan kerugian dan tidak ada peluang keuntungan di dalamnya. Seperti yang diuraikan di atas, misalnya resiko kantor kebakaran atau kebanjiran. 

Kedua, resiko karyawan, yaitu resiko karena karyawan dalam organisasi perusahaan mengalami peristiwa yang merugikan. Misalnya, karyawan dalam organisasi tersebut mengalami kecelakaan kerja. Sehingga dengan kecelakaan kerja yang dialami karyawan tersebut, maka kegiatan operasional perusahaan akan terganggu. 

Ketiga, resiko legal yaitu resiko yang terjadi disebabkan oleh karena perusahaan mengabaikan aspek legal atau kekurang telitian dalam menjalani kontrak perjanjian secara legal. Contohnya adalah resiko kontrak yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ini biasanya muncul dari suatu pendokumentasian yang tidak benar. Misalkan sebagai suatu perusahaan berselisih dengan perusahaan lain dimana perusahaan lain menuntut ganti rugi kepada karena kita menyalahi suatu kontrak yang tidak mengerti dan sebagainya. 

2.      Resiko Spekulatif.
Resiko spekulatif adalah kemungkinan terjadi kerugian ada, tetapi dibalik resiko kerugian tersebut ada peluang keuntungan. Potensi dari kerugian dan keuntungan yang akan terjadi bersamaan tersebut akan menajadi bahan analisis kita dalam menghitung resiko.

Contoh-contoh resiko spekulatif diberikan empat contoh. Pertama, resiko pasar. Resiko pasar adalah resiko yang terjadi dari pergerakan harga atau kualitas harga pasar. Resiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar contohnya, apabila dalam bisnis kita menjual suatu produk, ketika terjadi kondisi ekonomi tertentu maka harga dari produk yang kita jual ini turun. Kita tidak bisa berbuat apa-apa karena pasar yang menentukan harganya turun, kita akan mengalami kerugian. 

Kedua, resiko kredit. Apa itu resiko kredit? Resiko kredit adalah resiko karena counter party atau pihak ketiga gagal memenuhi kewajibannya pada perusahaan kita. Contohnya Anda menghasilkan suatu produk yaitu produk consumer goods. Kita menawarkan dan menjualnya ke konsumer kita melalui toko-toko, kemudian kita memberikan piutang ke toko tersebut. barang disimpan di toko tersebut. Sebulan kemudian kita datang ke toko tersebut untuk menagih. Tenyata toko tersebut tidak membayarnya kepada kita. Bahkan suatu saat ternyata toko tersebut tutup atau bangkrut. Ini resiko kredit. 

Ketiga, resiko likuiditas. Apa itu resiko likuiditas? Resiko likuiditas adalah resiko tidak bisa memenuhi kebutuhan kas. Uang kas kita habis. Resiko tidak bisa menjual dengan cepat karena ketidaklikuiditasan atau gangguan pasar. Pada posisi tertentu misalkan kita menjual suatu produk, kemudian perubahan ekonomi berjalan di luar sebagai faktor-faktor yang ekternal bisnis kita, ekonomi jatuh, daya beli masyarakat turun. Kita tidak bisa menjual barang sedangkan produk-produk kita di gudang cukup banyak. Kita tidak bisa menjualnya. Itu resiko likuiditas. Dengan demikian kalau kita tidak bisa menjualnya tentu akhirnya kita tidak dapat memperoleh kas untuk menjalankan usaha bukan? Ini disebut resiko likuiditas. 

Keempat, resiko operasional. Apa itu resiko operasional? Resiko operasional adalah resiko kegiatan operasional yang tidak dapat berjalan dengan lancar dan mengakibatkan kerugian. Kegagalan sistem, human error, pengendalian dan prosedur yang kurang merupakan resiko operasional. Contohnya, dalam perusahaan, kita sudah menggunakan komputerisasi yang sangat-sangat canggih, suatu hari komputer kita terserang virus. Dengan adanya komputer kita terserang virus maka kegiatan operasional kita tidak dapat berjalan pada hari itu dan mengakibatkan kerugian pada perusahaan kita. Ini yang disebut dengan resiko operasional

3.      Resiko statis.
Resiko statis adalah resiko yang muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Contohnya adalah kondisi hujan yang disertai petir. Kita sudah tahu bahwa dalam kondisi hujan yang disertai dengan petir, apabila kita keluar ada kemungkinan akan tersambar petir.  Contoh lain, seorang penjual es tetap berjualan di waktu hujan, maka kemungkinan besar esnya tidak laku padahal kalau hari cerah biasanya laku.

4.      Rresiko dinamis
Resiko dinamis yaitu Resiko yang muncul dari perubahan kondisi tertentu. Contohnya, perkembangan teknologi yang belakangan ini semakin berkembang akan memunculkan resiko baru pada perkembangan bisnis yang terpengaruh oleh teknologi tersebut. Contoh lainnya, produk camera yang dulu menggunakan negative film sekarang berubah dengan adanya teknologi digital film. Bagi perusahaan camera dengan menggunakan negative film perubahan teknologi tersebut memunculkan resiko dinamis.

5.      Resiko objektif.
Resiko objektif yaitu resiko yang didasarkan pada observasi yang objektif. Resiko ini muncul karena resiko ini dinilai berdasarkan penilaian yang objektif dengan observasi dan penelitian yang lengkap. Contohnya, Produk yang anda jual belakangan ini penjualannya menurun sehingga menimbulkan resiko kerugian karena banyak stok barang yang tidak terjual. Setelah dilakukan observasi dan penelitian ternyata menurunnya penjualan disebabkan adanya produk pesaing yang lebih memiliki daya tarik bagi konsumen. Resiko yang muncul hasil observasi dan penelitian tersebut disebut resiko objektif.

6.      Resiko Subjektif.
Resiko subjektif adalah resiko yang dikenali berdasarkan penilaian yang subjekitf yang artinya tidak dilakukan observasi, tidak dilakukan penelitian, tetapi kita mempertimbangkan bahwa suatu kejadian dianggap memunculkan resiko berdasarkan penilaian subjektif semata. Contohnya, pesaing meluncurkan produk baru, maka kita tanpa observasi, tanpa menelitian menganggap bahwa pruduk baru pesaing tersebut akan mengancam omzet penjualan produk perusahaan kita. Resiko kerugian yang kita anggap adalah resiko subjektif.

Setelah menjelaskan pengertian resiko dan jenis-jenis resiko, Mas Tedy juga mengajari tentang bagaimana mengelola resiko. Merujuk pada perkataan Pak Ciputra, “Entrepreneur adalah calculated risk taker”. Kita harus berani mengambil resiko tetapi dengan mengkalkulasi resiko tersebut, menghadapinya dan mengubah resiko tersebut menjadi peluang bagi kita.

Pada dasarnya manajemen resiko dilakukan melalui proses-proses berikut ini : 

1.      Identifikasi resiko.
Ada banyak teknik untuk mengeidentifikasikan resiko. Contohnya, menganalisis sequence terjadinya resiko tersebut. Misalnya perusahaan kita menggunakan kompor untuk memasak produk usaha. Mengidentifikasi resiko dengan menganalisis sequence terjadinya resiko tersebut. Api kita nyalakan diatas kompor. kita akan berhadapan dengan resiko kebakaran. Kompor merupakan exposuere dari resiko tersebut dan kebakaran adalah peril dari resiko. Contoh lain identifikasi resiko, kita menjalani perusahaan ritel dimana pembeli-pembeli kita datang ke toko. kita memasukan produk ke toko dan kemudian pihak toko berhutang kepada kita. Kita harus mengerti bahwa pada saat Anda memberikan piutang kepada pihak toko, maka kita akan mengahadapi resiko yang disebut sebagai resiko kredit.

2.      Mengevaluasi dan mengukur resiko tersebut.
Dalam mengevaluasi dan mengukur resiko langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu, kita mempelajari karakteristik resiko, kemudian melakukan pengukuran terhadap resiko (mengembangkan besar kecilnya ukuran resiko), dilanjutkan dengan mengukur dampak resiko tersebut terhadap organisasi serta evalausi dan pengukuran resiko tersebut bisa digunakan untuk melakukan prioritisasi resiko.

Contoh-contoh teknik bagaimana kita mengukur resiko tersebut bisa dilakukan dengan tehnik probabilitas, dengan tehnik value at risk atau kita kenal sebagai VAR, dengan metode durasi, dengan tehnik matriks severity atau frekuensi, dengan analisis standar defiasi secara statistik, dengan Credit Metrics dan dengan tabel kematian.

3.      Mengelola resiko .
Ada beberapa cara untuk mengelola resiko tersebut, yaitu :

a.        Menghindari resiko
Cara paling mudah untuk mengelola resiko adalah menghindar. Tetapi mengelola resiko dengan cara menghindar itu tidak optimal. Jika ingin mendapat keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita harus menghadapi resiko dan mengelolanya bukan dengan menghindari resiko. 

Contoh, Kita tahu bahwa menjalankan bisnis tersebut beresiko terjadinya kebakaran, lalu kita tidak jadi menjalankan bisnis tersebut karena menghindari resiko tersebut.

b.        Menahan Resiko (Retention)
Menahan resiko adalah mengabaikan terhadap kemungkinan terjadinya resiko. Contoh, bisnis kita membutuhkan mobil untuk distribusi produk. Seharusnya mobil kita mendapatkan perlindungan asuransi untuk menghindari resiko kecelakaan. Tetapi kita tidak mengasuransikan mobil tersebut, maka kita menghadapi resiko retention.

c.         Diversifikasi.
Deversifikasi resiko adalah menyebarkan eksposur  kita sehingga tidak terkonsentrasi pada satu atau dua eksposure. Contoh, uang yang kita miliki supaya tidak termakan inflasi maka kita investasikan. Investasi yang dilakukan tidak terkonsentrasi pada satu investasi tetapi disebarkan pada beberapa investasi. Jika terjadi kerugian pada  satu aset, kerugian tersebut diharapkan dapat dikompensasi oleh keuntungan dari aset lainnya. Dengan kata lain tidak menyimpan telur dalam satu keranjang untuk menghindari jika keranjang itu jatuh maka pecahlah seluruh telur.

d.        Mentransfer resiko
Jika kita tidak ingin menanggung resiko tertentu, maka kita bisa mentransfer resiko tersebut kepada pihak lain yang lebih mampu menghadapi resiko tersebut. Contoh, resiko kerugian dari kecelakaan mobil untuk mengangkut produk bisa ditransfer kepada perusahaan yang memberikan produk asuransi kendaraan. 

e.        Mengendalikan resiko (risk control).
Pengendalian resiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya resiko atau kejadian yang tidak diinginkan. Sedia payung sebelum hujan. Ada satu upaya apabila resiko itu terjadi maka kita mengupayakan sesuatu agar resiko itu tidak menghantam. Contoh, untuk menghindari resiko kebakaran pada kantor tempat kita menjalankan usaha, maka kita menydiakan alarm asap, menyediakan tabung-tabung anti kebakaran sehingga jika suatu saat terjadi kebakaran bisa segera diantisipasi dengan adanya alat-alat tersebut.

f.          Pendanaan resiko
Pendanaan resiko yaitu suatu proses bagaimana mendanai kerugian yang terjadi jika resiko tersebut muncul.  Contohnya, kita menabung atau menyisihkan uang untuk mengantisipasi jika suatu saat terjadi resiko kerugian dalam bisnis kita.

Disamping Mas Tedy yang telah memberikan pengetahan kepada kita tentang mengelola resiko, Bapak Antonius Tanan juga memberikan ilmu mengelola resiko.  Masih pada topik mengidentifikasi dari pelanggan untuk bertumbuh, Bapak Antonius Tanan meberikan rumus sederhana untuk mengelola resiko yaitu namanya VIP supaya kita gampang menghafalnya. V-nya berarti Verifikasi atau menguji dan memastikan. I-nya berarti Ikut sertakan pihak lain untuk kita bisa mengurangi resiko. P-nya berarti Pemesanan dan pembayaran di muka.

Bapak Antonius Tanan memberikan contoh masih menggunakan cerita Joko. Berikut saya kutif ceritanya yang begitu menarik dan bermutu untuk belajar mengelola resiko. 

“Untuk verifikasi, menguji dan memastikan, maka Joko melakukan berbagai hal. Joko membawa gagasan-gagasan kreatifnya kepada komunitas Pansel (pantai Selatan). Contohnya, menu-menu baru yang Jumbo, yang langsing, teh pansel, kopi pansel, dia buat contohnya. Lalu dia ajak teman-teman komunitas Pansel untuk mencoba, memberikan kritik dan saran. Ah, ternyata mereka menyambut. Bahkan komunitas Pansel ini meminta saat ulang tahun komunitas dibuatkan menu-menu yang lebih khusus lagi. Namun, Joko kurang puas, dia ingin lebih memastikan dia ingin kurangi resiko kegagalannya sehingga kemudian dia survey, dia cari di Jakarta warung Pansel yang paling terkenal dimana? Dia datang ke sana, dia survey, dia mengamati. Bukani itu saja, istrinya belajar dari seorang ibu ahli masak tentang menu Pansel supaya dia bisa yakin bahwa menu yang dia masak betul-betul cocok dengan lidahnya kelompok masyarakat dari Pantai selatan ini.”

Nah itulah berbagai cara yang kita bisa lakukan sebelum kita sungguh-sungguh melakukan bisnis, kita melakukan verifikasi dulu. Verifikasi tujuannya menguji dan memastikan apa yang sudah kita siapkan nanti di lapangan bisa menjadi sesuai dengan cita-cita dan harapan kita.

Cara berikutnya untuk mengurangi resiko adalah mengikutsertakan pihak lain. Jadi, kita berbagi resiko. “Joko ingin mengurangi resiko memiliki persediaan barang. Caranya bagaimana? Dia mengajak teman-teman dari komunitas Pansel untuk ikut menjadi pemasok untuk makanan-makanan camilan. Mengundang mereka untuk menjadi pemasok sehingga berbagi resiko, termasuk berbagi untung. Dengan cara itu bukan saja Joko mengurangi resiko, tapi dia juga membangun pertemanan yang lebih erat. Teman-teman dari komunitas Pansel ini bukan sekedar menjadi pelanggan dia, tapi juga punya kesempatan menjadi pemasok dia. Dengan cara cerdik, dia mengurangi resiko, dan juga dia membangun relasi dengan pelanggannya.”

Cara berikutnya untuk mengurangi resiko adalah pemesanan dan pembayaran di muka. Bagaimana caranya untuk menciptkana ini? “Joko kemudian berpikir untuk menawarkan diskon 10 % untuk pelanggan yang mau menyimpan deposit 100 ribu. Jadi pelanggan tidak perlu pusing setiap pesan harus bayar, dia sudah bayar deposit, tinggal dicatat, nanti setiap kali dia belanja depositnya berkurang, setiap akhir minggu dibuat perhitungan. Apakah ini suatu hal yang baik untuk Joko?  Tentu. Joko memastikan pelanggan sementara itu dia juga memastikan barang-barangnya ada yang beli. Bukankah ketika orang menyimpan deposit, dia cenderung datang ke tempat itu?”

Cantik sekali Bapak Antonius Tanan memberikan contoh mengelola resiko dengan rumus sederhana VIP untuk mengurangi resiko.

Selanjutnya, Bapak Nur Agustinus mengajari kita untuk Meningkatkan Profit dan Kapasitas Usaha. Berikut ini saya kutip paparan yang disampaikan Bapak Nur Agustimus.

“Ada tiga hal yang bisa mendongkrak usaha kita. Yaitu, pertama adalah network yang kita miliki atau siapa saja yang kita kenal. Jaringan yang kita punya. Yang kedua adalah masalah uang. Modal. Dengan uang untuk investasi akan bisa menghasilkan sebuah kontribusi buat usaha kita. Yang ketiga adalah penggunaan teknologi. Teknologi ini bisa mempermudah pekerjaan, bisa menambah produktivitas dan sebagainya. 

   Sebagai pengusaha tentunya kita ingin usaha kita itu mengalami keuntungan. Bagaimana cara kita meningkatkan keuntungan? Pada dasarnya ada tiga hal atau tiga cara untuk meningkatkan keuntungan yaitu yang pertama adalah menaikkan harga. Yang kedua adalah melakukan penghematan atau efisiensi. Dan yang ketiga adalah menjual lebih banyak
.
Nah, tiga cara ini sebetulnya berawal dari rumus bahwa profit adalah pendapatan dikurangi biaya. Ketika pendapatan kita lebih besar daripada biaya maka kita akan mendapatkan keuntungan. Jadi, kita harus bisa memperbesar beda antara pendapatan dengan biaya tersebut. Ini adalah cara meningkatkan profit karena perusahaan yang mendapatkan profit adalah perusahaan yang mempunyai peluang untuk bertumbuh.

Kalau kita sudah tahu bagaimana cara kita untuk meningkatkan profit atau laba usaha kita, maka sebenarnya ada tiga cara untuk mengembangkan usaha yang perlu diperhatikan. Pertama, cobalah untuk meningkatkan atau memperbanyak jumlah pelanggan. Pelanggan kita misalnya anggap saja 100 orang. Cobalah  lakukan strategi atau cara untuk membuat pelanggan semakin banyak. Misalnya menjadi 200, menjadi 300, dan seterusnya. Berlipat-lipat lebih banyak. Kedua, cobalah tingkatkan frekuensi pembeliannya. Misalnya, kalau pelanggan kita misalnya ada seratus, buatlah pembelian yang dilakukan oleh pelanggan itu menjadi lebih sering. Misalnya, kalau dulunya satu pelanggan itu membelinya seminggu sekali, buatlah dia bisa membeli dalam seminggu dua kali atau lebih sering. Dan yang ketiga, tingkatkan jumlah unit barang yang dijual. Artinya, buat pelanggan bisa beli banyak membeli atau perbanyak jenis barang yang dijual. Jadi, kalau misalnya, sebelumnya menjual hanya beberapa item barang, lebih banyaklah supaya pembeli atau pelanggan mempunyai pilihan-pilihan untuk membelanjakan lebih banyak lagi. Tentunya ini tidak lepas dari sumber daya yang kita miliki sebagai pemilik usaha.

Setelah kita mengetahui tiga hal untuk mengembangkan usaha tadi, ada lima hal yang perlu untuk dilakukan. Pertama, perhatikan masalah kapasitas usaha yang kita miliki. Kapasitas usaha ini contohnya dalah sebagai berikut. Misalnya, ada seorang pengusaha mikro, dia usahanya berjualan nasi bungkus dengan motor atau dengan gerobaknya. Dimana satu gerobaknya itu dia hanya bisa membawa maksimum lima puluh atau anggaplah seratus nasi bungkus. Maka kalaupun misalnya ada permintaan dua ratus, nggak akan bisa. Karena apa? Karena kapasitasnya memang sudah begitu. Untuk bisa membuat atau mengambangkan usahanya, dia harus mengubah kapasitas usahanya itu. Seringkali kapasitas usaha juga tergantung dari seberapa besar tempat yang kita miliki. Misalnya kita punya rumah makan, rumah makan itu luasnya sekian meter persegi. Kemudian itu hanya bisa ditempati oleh beberapa orang sekaligus. Kadang-kadang ketika begitu banyak permintaan, akhirnya kita tidak bisa menampungnya dengan baik. Atau juga misalnya saja kita berusaha di bidang sablon. Kapasitas sablon kita misalnya satu hari sekian banyak kaos misalnya. Begitu melebihi kapasitas mungkin akan menjadi persoalan. Kalau kita mau mengembangkan usaha, memang kapasitas usaha ini harus ditingkatkan juga.

Kedua, Buat hal yang menarik pelanggan. Kita membuat daya tarik itu makin besar sehingga pelanggan itu makin banyak yang datang dan lebih banyak membeli. Ini ada banyak cara. Promosi dan sebagainya. Ketiga, cobalah untuk melakukan upgrade pelanggan yang sudah ada. Yang biasanya beli lima puluh cobalah untuk membeli seratus kemudian yang beli seminggu sekali buatlah menjadi seminggu dua kali. Keempat, meningkatkan moral kerja internal. Hal yang paling penting, ketika proses pengembangan usaha berlangsung, maka tidak boleh dilupakan yaitu masalah internal usaha. Yaitu kita perlu meningkatkan moral kerja internal. Artinya, staff atau pegawai termotivasi dan terinspirasi sebab mereka tanpa mengerti apa untungnya buat mereka dengan besarnya atau makin besarnya usaha ini, mereka juga tidak akan begitu termotivasi. Ini perlu bersama-sama. Jadi, di sini unsur leadership atau kepemimpinan sangat penting. Kelima, Jual aneka produk lain atau jika perlu buka usaha baru. Lakukan diversifikasi usaha. Buka usaha baru. Jadi semuanya adalah hal-hal yang perlu dilakukan untuk membangun usaha, mengembangkan usaha supaya menjadi lebih besar.”

Demikian refleksi dan uraian materi tentang mengelola resiko. Setelah mempelajari tentang manajemen resiko, tatu kalimat yang memberi pelajaran kepada saya, yaitu jika tidak calculated risk taking maka bisnis akan terpelanting.

Salam Entrepreneur…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar