Salam Entrepeneur…
Bagi saya, seorang pemula dalam berwirausaha,
pengetahuan tentang calculated risk
taking sama sekali kurang dimiliki, mengapa? Karena jangankan mau menambah
pengetahuan tentang resiko, ambil resiko aja gak berani. Saya selalu merasa
takut kalau mau memulai bisnis, saya selalu menghindari resiko sehingga sama
sekali gak pernah mikirin ilmu manajemen resiko.
Nah, setelah mendengar paparan dari Mas Tedy,
Bapak Antonius Tanan dan Bapak Nur Agustinus, saya begitu kaget. Ternyata risk taking tidak seseram seperti apa
yang dibayangkan dan ditakutkan. Sekarang saya memahami dan meyakini bahwa calculated risk taking adalah bagian
yang tak terpisahkan dari manajemen bisnis.
Dalam tulisan ini, saya akan paparkan apa
yang diajarkan oleh Mas Tedy biar orang lain yang yang sama-sama sebagai
pemula dalam berwirausaha atau yang mau
berwirausaha bisa memahami pula tentang resiko dan tahu cara mengelola resiko.
Mas tedy mengajari saya bahwa
pengertian resiko, dengan merujuk pada definisi yang disampaikan oleh Vaughan
yaitu risk is condition in wich there is possibility
of an adverse
deviation from a desire outcome that is
expected or hope for (risiko adalah suatu kondisi dimana dalam kondisi tersebut ada kemungkinan terjadi penyimpangan yang merugikan dari apa yang diharapkan tersebut).
Mas Tedy juga merujuk pada definisi yang disampaikan oleh
Jones, yaitu risk the uncertainty that expected outcomes
will not be fulfilled (risiko ketidakpastian dari hasil yang
diharapkan sehingga harapan tersebut tidak akan
terpenuhi). Dari dua definisi tersebut Mas Tedy
memberikan pengertian tentang resiko yaitu, pertama resiko adalah kerugian yang tidak kita harapkan,
kedua resiko adalah penyimpangan dari apa yang kita harapkan. Dan Ketiga,
resiko adalah kejadian yang tidak menguntungkan kita.
Menghindari resiko bukan suatu
jawaban, tetapi mengahadapi resiko tanpa persiapan adalah konyol, apalagi
bergantung pada hoki. Apa yang seharusnya kita lakukan? Kita harus mengenali
resiko, kita harus menghadapinya, memperhitungkannya dan mengubah resiko
tersebut menjadi keuntungan bagi kita.
Ada dua istilah yang harus dikenali
dalam memahami tentang resiko yaitu istilah yang disebut eksposur dan peril.
Eksposur adalah yang menjadi sumber resiko sedangkan peril adalah peristiwa
yang menimbulkan resiko kerugian atau kehilangan. Contoh, bangunan tempat usaha
kita terbakar. Bangunan adalah eksposurnya sedangkan kebakaran adalah perilnya.
Ada enam
jenis resiko, yaitu :
1.
Resiko Murni.
Resiko
murni adalah suatu resiko dimana kemungkinan kerugian itu pasti ada dan kemungkinan keuntungan dibalik
resiko tersebut tidak ada. Contohnya, gedung perusahaan yang mengalami
kebakaran, pegawai yang terkena kecelakaan, gedung perusahaan yang terkena
banjir. Resiko tersebut biasanya menjadi objek perlindungan asuransi.
Didalam bisnis, Resiko murni ada tiga,
pertama resiko aset fisik yaitu semua resiko yang berkaitan dengan
aset fisik yang dapat menimbulkan kerugian dan tidak ada peluang keuntungan di
dalamnya. Seperti yang diuraikan di atas, misalnya resiko kantor kebakaran atau
kebanjiran.
Kedua, resiko karyawan, yaitu resiko karena karyawan dalam organisasi perusahaan mengalami
peristiwa yang merugikan. Misalnya, karyawan dalam organisasi tersebut
mengalami kecelakaan kerja. Sehingga dengan kecelakaan kerja yang dialami
karyawan tersebut, maka kegiatan operasional perusahaan akan terganggu.
Ketiga,
resiko legal yaitu resiko yang terjadi disebabkan oleh karena perusahaan
mengabaikan aspek legal atau kekurang telitian dalam menjalani kontrak perjanjian
secara legal. Contohnya adalah resiko kontrak yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Ini biasanya muncul dari suatu pendokumentasian yang tidak benar.
Misalkan sebagai suatu perusahaan berselisih dengan perusahaan lain dimana
perusahaan lain menuntut ganti rugi kepada karena kita menyalahi suatu kontrak
yang tidak mengerti dan sebagainya.
2.
Resiko Spekulatif.
Resiko
spekulatif adalah kemungkinan terjadi kerugian ada, tetapi dibalik resiko
kerugian tersebut ada peluang keuntungan. Potensi dari kerugian dan keuntungan
yang akan terjadi bersamaan tersebut akan menajadi bahan analisis
kita dalam menghitung resiko.
Contoh-contoh
resiko spekulatif diberikan empat contoh. Pertama, resiko pasar. Resiko pasar
adalah resiko yang terjadi dari pergerakan harga atau kualitas harga pasar.
Resiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar contohnya, apabila dalam bisnis
kita menjual suatu produk, ketika terjadi kondisi ekonomi tertentu maka harga
dari produk yang kita jual ini turun. Kita tidak bisa berbuat apa-apa karena
pasar yang menentukan harganya turun, kita akan mengalami kerugian.
Kedua,
resiko kredit. Apa itu resiko kredit? Resiko kredit adalah resiko karena counter party atau pihak ketiga gagal
memenuhi kewajibannya pada perusahaan kita. Contohnya Anda menghasilkan suatu
produk yaitu produk consumer goods. Kita menawarkan dan menjualnya ke konsumer kita
melalui toko-toko, kemudian kita memberikan piutang ke toko tersebut. barang disimpan
di toko tersebut. Sebulan kemudian kita datang ke toko tersebut untuk menagih.
Tenyata toko tersebut tidak membayarnya kepada kita. Bahkan suatu saat ternyata
toko tersebut tutup atau bangkrut. Ini resiko kredit.
Ketiga, resiko
likuiditas. Apa itu resiko likuiditas? Resiko likuiditas adalah resiko tidak
bisa memenuhi kebutuhan kas. Uang kas kita habis. Resiko tidak bisa menjual
dengan cepat karena ketidaklikuiditasan atau gangguan pasar. Pada posisi
tertentu misalkan kita menjual suatu produk, kemudian perubahan ekonomi berjalan
di luar sebagai faktor-faktor yang ekternal bisnis kita, ekonomi jatuh, daya
beli masyarakat turun. Kita tidak bisa menjual barang sedangkan produk-produk kita
di gudang cukup banyak. Kita tidak bisa menjualnya. Itu resiko likuiditas.
Dengan demikian kalau kita tidak bisa menjualnya tentu akhirnya kita tidak
dapat memperoleh kas untuk menjalankan usaha bukan? Ini disebut resiko
likuiditas.
Keempat, resiko operasional. Apa itu resiko operasional? Resiko
operasional adalah resiko kegiatan operasional yang tidak dapat berjalan dengan
lancar dan mengakibatkan kerugian. Kegagalan sistem, human error, pengendalian
dan prosedur yang kurang merupakan resiko operasional. Contohnya, dalam
perusahaan, kita sudah menggunakan komputerisasi yang sangat-sangat canggih,
suatu hari komputer kita terserang virus. Dengan adanya komputer kita terserang
virus maka kegiatan operasional kita tidak dapat berjalan pada hari itu dan mengakibatkan
kerugian pada perusahaan kita. Ini yang disebut dengan resiko operasional
3.
Resiko statis.
Resiko statis adalah resiko yang
muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Contohnya adalah kondisi hujan yang
disertai petir. Kita sudah tahu bahwa dalam kondisi hujan yang disertai dengan
petir, apabila kita keluar ada kemungkinan akan tersambar petir. Contoh lain, seorang penjual es tetap
berjualan di waktu hujan, maka kemungkinan besar esnya tidak laku padahal kalau
hari cerah biasanya laku.
4.
Rresiko
dinamis
Resiko dinamis yaitu Resiko yang
muncul dari perubahan kondisi tertentu. Contohnya, perkembangan teknologi yang belakangan ini semakin berkembang akan
memunculkan resiko baru pada perkembangan bisnis yang terpengaruh oleh
teknologi tersebut. Contoh lainnya, produk camera yang dulu menggunakan negative film sekarang berubah dengan
adanya teknologi digital film. Bagi
perusahaan camera dengan menggunakan negative
film perubahan teknologi tersebut memunculkan resiko dinamis.
5.
Resiko objektif.
Resiko
objektif yaitu resiko yang didasarkan pada observasi yang objektif. Resiko ini
muncul karena resiko ini dinilai berdasarkan penilaian yang objektif dengan
observasi dan penelitian yang lengkap. Contohnya, Produk yang anda jual
belakangan ini penjualannya menurun sehingga menimbulkan resiko kerugian karena
banyak stok barang yang tidak terjual. Setelah dilakukan observasi dan
penelitian ternyata menurunnya penjualan disebabkan adanya produk pesaing yang
lebih memiliki daya tarik bagi konsumen. Resiko yang muncul hasil observasi dan
penelitian tersebut disebut resiko objektif.
6.
Resiko Subjektif.
Resiko
subjektif adalah resiko yang dikenali berdasarkan penilaian yang subjekitf yang
artinya tidak dilakukan observasi, tidak dilakukan penelitian, tetapi kita
mempertimbangkan bahwa suatu kejadian dianggap memunculkan resiko berdasarkan
penilaian subjektif semata. Contohnya, pesaing meluncurkan produk baru, maka
kita tanpa observasi, tanpa menelitian menganggap bahwa pruduk baru pesaing
tersebut akan mengancam omzet penjualan produk perusahaan kita. Resiko kerugian
yang kita anggap adalah resiko subjektif.
Setelah menjelaskan pengertian resiko dan
jenis-jenis resiko, Mas Tedy juga mengajari tentang bagaimana mengelola resiko.
Merujuk pada perkataan Pak Ciputra, “Entrepreneur adalah calculated risk taker”. Kita harus berani
mengambil resiko tetapi dengan mengkalkulasi resiko tersebut, menghadapinya dan
mengubah resiko tersebut menjadi peluang bagi kita.
Pada dasarnya manajemen resiko dilakukan melalui
proses-proses berikut ini :
1. Identifikasi resiko.
Ada banyak teknik untuk mengeidentifikasikan
resiko. Contohnya, menganalisis sequence
terjadinya resiko tersebut. Misalnya perusahaan kita menggunakan kompor untuk
memasak produk usaha. Mengidentifikasi resiko dengan menganalisis sequence terjadinya resiko tersebut. Api
kita nyalakan diatas kompor. kita akan berhadapan dengan resiko kebakaran. Kompor
merupakan exposuere dari resiko
tersebut dan kebakaran adalah peril dari resiko. Contoh lain identifikasi
resiko, kita menjalani perusahaan ritel dimana pembeli-pembeli kita datang ke
toko. kita memasukan produk ke toko dan kemudian pihak toko berhutang kepada
kita. Kita harus mengerti bahwa pada saat Anda memberikan piutang kepada pihak
toko, maka kita akan mengahadapi resiko yang disebut sebagai resiko kredit.
2. Mengevaluasi dan mengukur resiko tersebut.
Dalam mengevaluasi dan mengukur resiko
langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu, kita mempelajari karakteristik
resiko, kemudian melakukan pengukuran terhadap resiko (mengembangkan besar
kecilnya ukuran resiko), dilanjutkan dengan mengukur dampak resiko tersebut
terhadap organisasi serta evalausi dan pengukuran resiko tersebut bisa
digunakan untuk melakukan prioritisasi resiko.
Contoh-contoh teknik bagaimana kita mengukur
resiko tersebut bisa dilakukan dengan tehnik probabilitas, dengan tehnik value at risk atau kita kenal sebagai
VAR, dengan metode durasi, dengan tehnik matriks
severity atau frekuensi, dengan analisis standar defiasi secara statistik, dengan
Credit Metrics dan dengan tabel kematian.
3. Mengelola resiko .
Ada beberapa cara untuk mengelola resiko
tersebut, yaitu :
a.
Menghindari
resiko
Cara paling mudah untuk mengelola resiko
adalah menghindar. Tetapi mengelola resiko dengan cara menghindar itu tidak
optimal. Jika ingin mendapat keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita
harus menghadapi resiko dan mengelolanya bukan dengan menghindari resiko.
Contoh, Kita tahu bahwa menjalankan bisnis
tersebut beresiko terjadinya kebakaran, lalu kita tidak jadi menjalankan bisnis
tersebut karena menghindari resiko tersebut.
b.
Menahan Resiko
(Retention)
Menahan resiko adalah mengabaikan terhadap
kemungkinan terjadinya resiko. Contoh, bisnis kita membutuhkan mobil untuk
distribusi produk. Seharusnya mobil kita mendapatkan perlindungan asuransi
untuk menghindari resiko kecelakaan. Tetapi kita tidak mengasuransikan mobil
tersebut, maka kita menghadapi resiko retention.
c.
Diversifikasi.
Deversifikasi resiko adalah menyebarkan
eksposur kita sehingga tidak
terkonsentrasi pada satu atau dua eksposure. Contoh, uang yang kita miliki
supaya tidak termakan inflasi maka kita investasikan. Investasi yang dilakukan
tidak terkonsentrasi pada satu investasi tetapi disebarkan pada beberapa
investasi. Jika terjadi kerugian pada
satu aset, kerugian tersebut diharapkan dapat dikompensasi oleh
keuntungan dari aset lainnya. Dengan kata lain tidak menyimpan telur dalam satu
keranjang untuk menghindari jika keranjang itu jatuh maka pecahlah seluruh
telur.
d.
Mentransfer
resiko
Jika kita tidak ingin menanggung resiko
tertentu, maka kita bisa mentransfer resiko tersebut kepada pihak lain yang
lebih mampu menghadapi resiko tersebut. Contoh, resiko kerugian dari kecelakaan
mobil untuk mengangkut produk bisa ditransfer kepada perusahaan yang memberikan
produk asuransi kendaraan.
e.
Mengendalikan
resiko (risk control).
Pengendalian resiko dilakukan untuk mencegah
atau menurunkan probabilitas terjadinya resiko atau kejadian yang tidak
diinginkan. Sedia payung sebelum hujan. Ada satu upaya apabila resiko itu
terjadi maka kita mengupayakan sesuatu agar resiko itu tidak menghantam. Contoh,
untuk menghindari resiko kebakaran pada kantor tempat kita menjalankan usaha,
maka kita menydiakan alarm asap, menyediakan tabung-tabung anti kebakaran
sehingga jika suatu saat terjadi kebakaran bisa segera diantisipasi dengan
adanya alat-alat tersebut.
f.
Pendanaan
resiko
Pendanaan resiko yaitu suatu proses bagaimana
mendanai kerugian yang terjadi jika resiko tersebut muncul. Contohnya, kita menabung atau menyisihkan
uang untuk mengantisipasi jika suatu saat terjadi resiko kerugian dalam bisnis
kita.
Disamping Mas Tedy yang telah memberikan
pengetahan kepada kita tentang mengelola resiko, Bapak Antonius Tanan juga memberikan
ilmu mengelola resiko. Masih pada topik
mengidentifikasi dari pelanggan untuk bertumbuh, Bapak Antonius Tanan meberikan
rumus sederhana untuk mengelola resiko yaitu namanya VIP supaya kita gampang
menghafalnya. V-nya berarti Verifikasi atau menguji dan memastikan. I-nya berarti
Ikut sertakan pihak lain untuk kita bisa mengurangi resiko. P-nya berarti
Pemesanan dan pembayaran di muka.
Bapak Antonius Tanan memberikan contoh masih
menggunakan cerita Joko. Berikut saya kutif ceritanya yang begitu menarik dan
bermutu untuk belajar mengelola resiko.
“Untuk verifikasi, menguji dan memastikan,
maka Joko melakukan berbagai hal. Joko membawa gagasan-gagasan kreatifnya
kepada komunitas Pansel (pantai Selatan). Contohnya, menu-menu baru yang Jumbo,
yang langsing, teh pansel, kopi pansel, dia buat contohnya. Lalu dia ajak
teman-teman komunitas Pansel untuk mencoba, memberikan kritik dan saran. Ah,
ternyata mereka menyambut. Bahkan komunitas Pansel ini meminta saat ulang tahun
komunitas dibuatkan menu-menu yang lebih khusus lagi. Namun, Joko kurang puas,
dia ingin lebih memastikan dia ingin kurangi resiko kegagalannya sehingga
kemudian dia survey, dia cari di Jakarta warung
Pansel yang paling terkenal dimana? Dia datang ke sana, dia survey, dia mengamati.
Bukani itu saja, istrinya belajar dari seorang ibu ahli masak tentang menu
Pansel supaya dia bisa yakin bahwa menu yang dia masak betul-betul cocok dengan
lidahnya kelompok masyarakat dari Pantai selatan ini.”
Nah itulah berbagai cara yang kita bisa
lakukan sebelum kita sungguh-sungguh melakukan bisnis, kita melakukan
verifikasi dulu. Verifikasi tujuannya menguji dan memastikan apa yang sudah
kita siapkan nanti di lapangan bisa menjadi sesuai dengan cita-cita dan harapan kita.
Cara berikutnya untuk mengurangi resiko
adalah mengikutsertakan pihak lain. Jadi, kita berbagi resiko. “Joko ingin
mengurangi resiko memiliki persediaan barang. Caranya bagaimana? Dia mengajak
teman-teman dari komunitas Pansel untuk ikut menjadi pemasok untuk
makanan-makanan camilan. Mengundang mereka untuk menjadi pemasok sehingga
berbagi resiko, termasuk berbagi untung. Dengan cara itu bukan saja Joko
mengurangi resiko, tapi dia juga membangun pertemanan yang lebih erat.
Teman-teman dari komunitas Pansel ini bukan sekedar menjadi pelanggan dia, tapi
juga punya kesempatan menjadi pemasok dia. Dengan cara cerdik, dia mengurangi
resiko, dan juga dia membangun relasi dengan pelanggannya.”
Cara berikutnya untuk mengurangi resiko
adalah pemesanan dan pembayaran di muka. Bagaimana caranya untuk menciptkana
ini? “Joko kemudian berpikir untuk menawarkan diskon 10 % untuk pelanggan yang
mau menyimpan deposit 100 ribu. Jadi pelanggan
tidak perlu pusing setiap pesan harus bayar, dia sudah bayar deposit, tinggal
dicatat, nanti setiap kali dia belanja depositnya berkurang, setiap akhir
minggu dibuat perhitungan. Apakah ini suatu hal yang baik untuk Joko?
Tentu. Joko memastikan pelanggan sementara itu dia juga memastikan barang-barangnya
ada yang beli. Bukankah ketika orang menyimpan deposit, dia cenderung datang ke
tempat itu?”
Cantik sekali Bapak Antonius Tanan memberikan
contoh mengelola resiko dengan rumus sederhana VIP untuk mengurangi resiko.
Selanjutnya, Bapak Nur Agustinus mengajari
kita untuk Meningkatkan Profit dan Kapasitas Usaha. Berikut ini saya kutip
paparan yang disampaikan Bapak Nur Agustimus.
“Ada tiga hal yang bisa mendongkrak usaha
kita. Yaitu, pertama adalah network yang kita miliki atau siapa saja yang kita
kenal. Jaringan yang kita punya. Yang kedua adalah masalah uang. Modal. Dengan
uang untuk investasi akan bisa menghasilkan sebuah kontribusi buat usaha kita.
Yang ketiga adalah penggunaan teknologi. Teknologi ini bisa mempermudah
pekerjaan, bisa menambah produktivitas dan sebagainya.
Sebagai
pengusaha tentunya kita ingin usaha kita itu mengalami keuntungan. Bagaimana
cara kita meningkatkan keuntungan? Pada dasarnya ada tiga hal atau tiga cara
untuk meningkatkan keuntungan yaitu yang pertama adalah menaikkan harga. Yang
kedua adalah melakukan penghematan atau efisiensi. Dan yang ketiga adalah
menjual lebih banyak
.
Nah, tiga cara ini
sebetulnya berawal dari rumus bahwa profit adalah pendapatan dikurangi biaya.
Ketika pendapatan kita lebih besar daripada biaya maka kita akan mendapatkan
keuntungan. Jadi, kita harus bisa memperbesar beda antara pendapatan dengan
biaya tersebut. Ini adalah cara meningkatkan profit karena perusahaan yang
mendapatkan profit adalah perusahaan yang mempunyai peluang untuk bertumbuh.
Kalau kita sudah tahu bagaimana cara kita
untuk meningkatkan profit atau laba usaha kita, maka sebenarnya ada tiga cara
untuk mengembangkan usaha yang perlu diperhatikan. Pertama, cobalah untuk
meningkatkan atau memperbanyak jumlah pelanggan. Pelanggan kita misalnya anggap
saja 100 orang. Cobalah lakukan strategi atau cara untuk membuat pelanggan semakin
banyak. Misalnya menjadi 200, menjadi 300, dan seterusnya. Berlipat-lipat lebih
banyak. Kedua, cobalah tingkatkan frekuensi pembeliannya. Misalnya, kalau pelanggan
kita misalnya ada seratus, buatlah pembelian yang dilakukan oleh pelanggan itu
menjadi lebih sering. Misalnya, kalau dulunya satu pelanggan itu membelinya
seminggu sekali, buatlah dia bisa membeli dalam seminggu dua kali atau lebih
sering. Dan yang ketiga, tingkatkan jumlah unit barang yang dijual. Artinya,
buat pelanggan bisa beli banyak membeli atau perbanyak jenis barang yang dijual.
Jadi, kalau misalnya, sebelumnya menjual hanya beberapa item barang, lebih
banyaklah supaya pembeli atau pelanggan mempunyai pilihan-pilihan untuk
membelanjakan lebih banyak lagi. Tentunya ini tidak lepas dari sumber daya yang
kita miliki sebagai pemilik usaha.
Setelah kita mengetahui tiga hal untuk
mengembangkan usaha tadi, ada lima hal yang perlu untuk dilakukan. Pertama,
perhatikan masalah kapasitas usaha yang kita miliki. Kapasitas usaha ini
contohnya dalah sebagai berikut. Misalnya, ada seorang pengusaha mikro, dia usahanya berjualan nasi bungkus dengan motor atau dengan
gerobaknya. Dimana satu gerobaknya itu dia hanya bisa membawa maksimum lima
puluh atau anggaplah seratus nasi bungkus. Maka kalaupun misalnya ada
permintaan dua ratus, nggak
akan bisa. Karena apa? Karena kapasitasnya memang sudah begitu. Untuk bisa
membuat atau mengambangkan usahanya, dia harus mengubah kapasitas usahanya itu.
Seringkali kapasitas usaha juga tergantung dari seberapa besar tempat yang kita
miliki. Misalnya kita punya rumah makan, rumah makan itu luasnya sekian meter
persegi. Kemudian itu hanya bisa ditempati oleh beberapa orang sekaligus.
Kadang-kadang ketika begitu banyak permintaan, akhirnya kita tidak bisa
menampungnya dengan baik. Atau juga misalnya saja kita berusaha di bidang
sablon. Kapasitas sablon kita misalnya satu hari sekian banyak kaos misalnya.
Begitu melebihi kapasitas mungkin akan menjadi persoalan. Kalau kita mau
mengembangkan usaha, memang kapasitas usaha ini harus ditingkatkan juga.
Kedua, Buat hal yang menarik pelanggan. Kita
membuat daya tarik itu makin besar sehingga pelanggan itu makin banyak yang
datang dan lebih banyak membeli. Ini ada banyak cara. Promosi dan sebagainya. Ketiga,
cobalah untuk melakukan upgrade
pelanggan yang sudah ada. Yang biasanya beli lima puluh cobalah untuk membeli
seratus kemudian yang beli seminggu sekali buatlah menjadi seminggu dua kali. Keempat,
meningkatkan moral kerja internal. Hal yang paling penting, ketika proses
pengembangan usaha berlangsung, maka tidak boleh dilupakan yaitu masalah
internal usaha. Yaitu kita perlu meningkatkan moral kerja internal. Artinya,
staff atau pegawai termotivasi dan terinspirasi sebab mereka tanpa mengerti apa
untungnya buat mereka dengan besarnya atau makin besarnya usaha ini, mereka
juga tidak akan begitu termotivasi. Ini perlu bersama-sama. Jadi, di sini unsur
leadership atau kepemimpinan sangat penting. Kelima, Jual aneka produk lain
atau jika perlu buka usaha baru. Lakukan diversifikasi usaha. Buka usaha baru.
Jadi semuanya adalah hal-hal yang perlu dilakukan untuk membangun usaha,
mengembangkan usaha supaya menjadi lebih besar.”
Demikian refleksi dan uraian materi tentang
mengelola resiko. Setelah mempelajari tentang manajemen resiko, tatu kalimat yang
memberi pelajaran kepada saya, yaitu jika tidak calculated risk taking maka bisnis akan terpelanting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar