Jumat, 07 Maret 2014

NO STRATEGY TO GROW WITHOUT RESOURCES MANAGEMENT



Salam Enrepreneur….

Dalam JR-2 minggu yang lalu saya pernah menyampaikan pemaknaan saya tentang strategi bisnis untuk bertumbuh (strategy to grow) . Waktu itu saya bilang strategi bisnis untuk bertumbuh berarti sinergitas sumber daya yang dikelola secara sistematis untuk mecapai tujuan bisnis agar bertumbuh lebih baik dan lebih menguntungkan. Ternyata di minggu ke tiga ini saya benar-benar surprise, benar-benar mendapat kejutan dengan meteri yang disampaikan dalam T100 ini. Apa yang saya maknai dengan strategy to grow lebih diperkomplit dengan pengetahuan tentang manajemen sumber daya untuk dapat bertumbuh dalam bisnis.

Waktu itu, saya juga bilang sinergitas sumber daya secara sistematis meliputi aspek sumber daya manusia (SDM), permodalan, produk/jasa, pasar, network, teknologi dan segala aspek pendukung bisnis lainnya. Hal itu berdasarkan pemaknaan saya atas uraian materi pada minggu ke dua. Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Christina Whidya Utami, karena Ibu mengupas lebih detail tentang aspek sumber daya yang harus dikelola dengan sistematis, efektif dan efisien. Dengan merujuk kepada Mahoney dan Pandini, Ibu sampaikan bahwa prinsipnya ada empat hal yang perlu dikembangkan dalam proses mengembangkan sebuah bisnis usaha kecil atau usaha menengah. Yaitu :
Pertama, pemberdayaan terhadap pola organisasi dan administrasi yang baik.
Bagi UMKM, organiasasi yang baik dapat dibuat dengan struktur organisasi yang sederhana karena perusahaan belum begitu kompleks seperti perusahaan besar. Administrasi yang baik sekurang-kurangnya memperhatikan pembukuan keuangan yang memisahkan antara pengeluaran dan pemasukan pribadi dengan perusahaan, pemisahan aset pribadi dan aset perusahaan serta penanganan yang baik terhadap supplier, karena supplier yang baik akan memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap kelangsungan bisnis. Dan yang tidak kalah penting dalam pemberdayaan pola organisasi dan administrasi yang baik adalah penghargaan terhadap kerja yang dikeluarkan oleh si pemilik itu sebagai sebuah biaya yang termasuk di dalam biaya operasional, karena kadangkala kita tidak menganggap atau tidak menghitung biaya dari tenaga kerja yang dikeluarkan oleh si pemilik itu sebagai sebuah biaya yang termasuk di dalam biaya operasional usaha kecil dan menengah.

Kedua, pemberdayaan terhadap perpaduan aset fisik berwujud seperti sumber daya manusia dan alam, serta aset tidak berwujud seperti kebiasaan berfikir kreatif dan keterampilan manajerial.

Sumber daya fisik berwujud seperti pegawai/karyawan, modal, mesin, lokasi, tempat usaha, peralatan usaha dan lain sebagainya, sedangkan sumber daya tidak berwujud seperti kebiasaan berfikir kreatif dan dan inovatif serta keterampilan manajerial, kecanggihan pemasaran, pelayanan terhdap pelanggan, keuletan, dan ketangguhan dalam menjalankan usaha, brand yang memiliki good will, relasi atau jaringan dan lain sebagainya. 
 
Ketiga, adaptif terhadap pasar (Proses kerja dan penyesuaian yang cepat atas tuntutan baru).
UMKM memiliki kriteria skala usaha yang belum terlalu besar dengan pola struktur organisasi yang belum terlalu rumit sehingga mereka cukup fleksibel dan adaptif melihat peluang pasar. Contohnya, kesalahan dalam penentuan lokasi akan bisa diupayakan untuk dicari jalan keluarnya karena mereka tidak terlalu besar dalam menginvestasikan asetnya, dibandingkan dengan usaha dengan skala besar.  UMKM memiliki fleksibilitas dalam pemilihan jalur distribusi. Apakah mereka akan menggunakan jalur distribusi langsung bertemu dengan konsumen akhir, atau mereka menggunakan pihak-pihak sebagai perantara di dalam menyampaikan jasa mereka, di dalam menyampaikan produk mereka, ini adalah merupakan keputusan yang sangat fleksibel.

Keempat, pemberdayaan terhadap budaya pasar.
Sebuah organisasi akan berkembang sejalan dengan adanya interaksi dari semua entitas atau semua unsur yang ada di dalam sebuah organisasi. Entitas ini akan berinteraksi satu dengan yang lain untuk mengembangkan apa yang disebut dengan budaya organisasi. Budaya organisasi akan terbentuk dari upaya untuk selalu melakukan calculated risk taking, keuletan mereka dalam berusaha, upaya-upaya yang kreatif untuk mengembangkan usaha, dan mengembangkan efisiensi dan efektivitas kerja yang luar biasa karena mereka secara aset berwujud atau secara aset fisik masih mengalami keterbatasan.

Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Nur Agustinus, karena Beliau telah mencerahkan saya dengan ilmu yang disampaikannya yaitu prinsip efektuasi. Selama ini, dalam menjalankan bisnis kita selalu terjebak dengan pemikiran tentang kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang membuat cara berpikir kita dalam mengembangkan bisnis menjadi mandeg. Salah satu contohnya, bisnis kita menjadi mandeg karena alasan misalnya, kurang modal, kurang adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan bebagai alasan lainnya. Prinsip efektuasi benar-benar membuka pikiran saya yang sedang berusaha untuk menjadi entrepreneur. Prinsip efektuasi menyadarkan saya untuk menemukan diri, membangun diri dan memperoleh cara baru berpikir yang dapat mendukung kegiatan entrepreneurial di masa depan. Prinsip efektuasi benar-benar membangun pengetahuan entrepreneurship saya untuk mengeksplorasi kemampuan saya pribadi dan mengambil tindakan untuk merencanakan dan melaksanakan sebuah kegiatan entrepreneurial. 

Merujuk pada text book berjudul Effectual Entrepreneurship yang dikarang oleh Sarasvathy, Pak Nur menjelaskan bahwa Efektuasi adalah seperangkat prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang dilakukan oleh entrepreneur dalam menghadapi situasi tidak pasti. Efektuasi adalah sebuah ide dengan keinginan untuk mencapai tujuan (a sense of purpose) – sebuah dorongan untuk memperbaiki keadaan dunia dan kehidupan dengan memungkinkan penciptaan perusahaan, produk, market, jasa dan ide-ide baru inovatif. Alternatif lain dari efektuasi adalah kausalitas (causality), yang menggambarkan pengambilan keputusan yang berdasarkan pada prediksi.  Lima prinsip efektuasi, yaitu :
Pertama, Bird in Hand Principle
Bird In Hand adalah ungkapan dalam lingkungan di Amerika yang berarti tentang apa saja yang dimiliki oleh kita. Prinsip ini diuaraikan secara sederhana “Mulai dengan harta atau alat/cara (means) yang Anda miliki. Jangan menunggu peluang yang sempurna. Segera lakukan tindakan, berdasarkan apa yang bisa Anda andalkan: siapa dirimu, apa yang Anda ketahui, dan siapa yang Anda kenal.”

Jadi, kalau misalnya ingin membuka usaha janganlah berkata, “Wah, saya tidak punya modal”, Karena modal awal itu adalah siapa kita? Apa yang bisa kita lakukan? Dan siapa yang kita kenal. Mungkin ada banyak usaha yang didirikan karena orang tuanya yang bisa memasak, atau istri yang bisa membuat kue misalnya. Atau mungkin katakanlah adik yang bisa punya keahlian tertentu sehingga membuat usaha itu menjadi berjalan dengan lancar. Jadi semua ini merupakan bagian dari modal.

kedua, Affordable Loss Principle
Affordable loss artinya sejauh mana entrepreneur itu siap menanggung kerugian. Ketika seseorang menanamkan uangnya untuk investasi, untuk modal, baik itu tidak hanya uang, tenaga juga, pikiran, waktu, maka perhitungkan affordable loss. Kita harus siap rugi, karena kita tahu bahwa usaha itu mengahadapi situasi yang tidak pasti. Jadi, tetaplah punya mental siap rugi dan kerugian yang bisa diterima. Ini pentingnya prinsip Affordable Loss supaya kalaupun terjadi kerugian, kita masih bisa bangkit karena menganggap kerugian itu masih affordable buat kita.

Ketiga, lemonade Principle
Lemonade principle itu juga merupakan ungkapan yang ada di Amerika, yaitu ketika hidup terasa seperti lemon, lemon berarti kecut, yang rasanya kecut,  buatlah menjadi lemonade. Lemonade itu limun. Prinsip ini maksudnya kalau  ada situasi yang tidak pasti, yang tidak enak, kita harus bisa membuatnya menjadi sesuatu yang berguna, berpeluang bagi  kita, artinya kita tetap punya cara untuk mengatasi problem-problem yang dihadapi. 

Tidak semua orang bisa melihat, berpikir bahwa sebuah masalah itu adalah peluang. Seorang entrepreneur harus bisa mengubah sesuatu yang tidak enak, situasi yang tidak pasti, dapat dikendalikan supaya bisa menghasilkan sesuatu peluang yang menguntungkan bagi dirinya.

keempat, Crazy-Quilt Principle
Crazy-quilt yaitu kumpulan dari perca-perca kain yang dijahit sehingga menghasilkan sebuah selimut yang indah. Crazy-quilt ini adalah kemampuan seorang entrepreneur membangun network. Seorang entrepreneur harus bisa menjalin komitmen yang saling menguntungkan dengan orang lain sehingga dia bisa menghubungkan satu orang dengan orang lain melalui dirinya sehingga terjadi ikatan dan bisa mendapatkan keuntungan dari hubungan tersebut.

kelima, Pilot in The Plane Principle.
Kita menganggap bahwa hidup kita ini adalah sebuah pesawat dimana kita adalah pilotnya. Maka, kita lah yang menentukan pesawat kita ini mau ke mana. Kita harus bisa mengontrol kemana kita mau menuju. Seorang entrepreneur harus punya determinasi dan harus mencapainya. 

Pilot in The Plane Principle menyarankan untuk mengandalkan dan bekerja dengan orang yang merupakan pemandu utama peluang dan tidak membatasi upaya pengusaha untuk mengeksploitasi factor-faktor yang berada di luar kendali individu.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Yusak Anshori yang telah mengingatkan kepada para pengusaha kecil yaitu pertama, pentingnya memilah antara uang untuk perusahaan atau bisnis dan uang untuk pribadi. Termasuk pengontrolan terhadap keuangan. Tanpa kontrol keuangan yang baik, maka bisnis lambat laun akan hancur.

Yang kedua, yang tidak kalah penting adalah harus memikirkan pengembangan. Supaya brand kita lebih dikenal oleh masyarakat atau pasar, maka kita harus memiliki cabang yang banyak. Dan memiliki cabang yang banyakpun tidak lepas dari pengontrolan.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Antonius Tanan. Bapak begitu gamblang menjelaskan tentang bagaimana mengidentifikasi peluang dari pelanggan untuk bertumbuh melalui metafora yang disampaikan yaitu tentang cerita Mas Joko Mempersiapkan Pertumbuhan Usahanya padahal usaha dia selama ini karang laku. Cerita tersebut memberi pelajaran kepada saya sehingga saya menjadi tahu tentang apa yang harus dilakukan saya jika mau menumbuhkan bisnis saya dengan  mengidentifikasi peluang dari pelanggan.

Saya harus peka menangkap peluang dari pelanggan dengan menggunakan rumus ABBA,  yaitu Amati, Bertanya, Berdiskusi, dan Analisa.  Saya harus mengamati pelanggan dengan seluruh panca indra. Saya harus menggunakan seluruh panca indra untuk bertanya dan berdiskusi lalu melakukan analisa
.
Jika masalahnya dari hasil mengamati, bertanya dan berdiskusi begitu banyak, Bapak juga memberi cara bagaimana menjadikannya sebagai peluang yang dapat diinovasikan dengan tetap menghitung resiko, yaitu masalah dipilah dengan skala prioritas ABC. "A" sangat mempengaruhi keputusan pelanggan dalam membeli jadi artinya kalau masuk A harus sungguh - sungguh dilakukan. "B" cukup mempengaruhi pelanggan kalau bisa harus kita lakukan dan "C" tidak terlalu mempengaruhi pelanggan karena pesaing juga memiliki masalah yang sama.

Bapak juga memberi tahu, untuk dapat mengumpulkan lebih banyak gagasan dapat menggunakan sebuah rumus kreatifitas yang namanya TAKUTIRUKO berarti  Tambah, Kurang, Tiru, Ubah & Kombinasikan.

Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Martha Tilaar. Saya sangat terkesan dengan perjalanan bisnis yang dibangun oleh Ibu. Saya melihat, perjalanan bisnis Ibu dimulai dari siapa diri Ibu. Ibu memiliki kemampuan sebagai seorang ahli kecantikan yang  berlisensi, yaitu American Licensed Beautician. Lalu Ibu lakukan bisnis dengan membuka salon di sebuah garasi milik orang tua yang berukuran 4 x 6 meter. Garasi itu Ibu sulap menjadi salon dengan modal berasal dari orang dekat Ibu,  “ada yang 30%, 10%, ayah saya 30%, dan saya 30%” begitulah Ibu katakan. Kemudian Ibu Pekerjakan seorang karyawati.
Ibu lakukan promosi dengan cara mengetik brosur yang dititipkan kepada tukang koran. Tetapi ternyata hasil dari promosi tersebut berdatanganlah para costumer yaitu para Istri ambassador. Enam bulan kemudian usahanya bertumbuh, maka diubahnyalah rumah orang tuanya menjadi salon kecantikan.

Bisnis Ibu makin bertumbuh. Untuk menembus pasar Indonesia, memang Ibu perlu suatu hal yang berbeda. Maka, Ibu kembangkan produk bisnis Ibu dengan pendekatan Scientific Approach. Ibu belajar di negeri Belanda.  Ibu belajar ethnobothany dan medical antropology melalui profersuarial chair di Laiden. Hasilnya bisnis Ibu semakin besar dan produknya dapat dipercaya.

Sejak saat itu, Ibu mulai paham dengan kearifan budaya. Kearifan budaya itu sangat menjadikan inspirasi buat Ibu. Terbukti, dengan melakukan inovasi diciptakan sebuah produk kecantikan yang terinspirasi dari budaya Minang. Dan produk itu sangal meledak dipasaran.

Perjalanan bisnis memang selalu mendapatkan ketidakpastian. Krisis yang melanda Indonesia tahun 1998 tidak bisa dihindari oleh bisnis yang dijalankan Ibu. Walau krisis, semangat Ibu tetap menyala dan pikiran terus mencari inovasi untuk keluar dari krisis.  Ibu memanfaatkan begitu banyak hal yang “gratis” yang mengakar dari keragaman dan kekayaan budaya nusantara lalu mengubahnya jadi solusi kreatif bagi perempuan Indonesia dan dengan cara itu Ibu mendirikan dan membesarkan usahanya. Ibu mengembangkan bisnis dengan sitem nilai yang disingkat dengan kata DJIITU berarti Disiplin,  Jujur,  Iman yang Kuat, Inovasi Terus Menerus,  Tekun,  Ulet.

Melihat perjalanan bisnis yang Ibu kelola, merupakan gambaran contoh yang jelas dari pengetahuan yang diberikan oleh Ibu Whidya, Pak Nur, Pak Yusak, Pak Antonius dan Pak Sudhamek tentang bagaimana Ibu mengelola sumber daya untuk menciptakan strategi bisnis mulai dari bisnis yang kecil bertumbuh menjadi bisnis yang besar.

Juga Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Sudhamek. Dari beliau saya dapat menyerap ilmu bahwa melakukan perubahan (transformasi) sebuah bisnis agar bertumbuh kearah yang lebih baik, maka pengeloaan sumber daya haruslah dilakukan dengan intensity, focus and consistence. Contoh, Perusahaan akan bertumbuh jika fokus pada bisnis tersebut, karena pengrlolaan bisnis yang bercabang mengakibatkan bisnis itu sendiri tidak akan terkelola dengan baik. Jika pada perusahaan tersebut perlu membentuk budaya perusahaan, maka budaya perusahaan  akan berjalan dengan baik jika dilakukan dengan inntensif, karena budaya perusahaan terbentuk dari hal-hal yang dibiasakan. Jika dalam perusahaan memegang teguh nilai kejujuran , maka kejujuran harus dilakukan secara konsisten, jangan sampai pagi jujur sore bohong.

Untuk bisa melakukan tranformasi bisnis melalui intensity, focus and consistence, Bapak telah memberi saya sebiah tips, yaitu ada empat jenis kompetensi yang harus selalu ditingkatkan, yaitu Pertama, kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi (know-how). Setiap industri itu ada know-how sendiri dan membutuhkan know-how tersebut atau  Setiap industri  mempunyai teknologi yang berbeda-beda. Kedua, Kompetensi membangun jaringan (network). Setiap industri succes rate- nya sangat ditentukan bagaimana manage network. Bangunlah network dengan pihak-pihak berkepentingan termasuk dengan supplier and costumer. Ketiga, kompetensi access to capital. Perusahaan kita ibarat tubuh, maka tubuh kita perlu darah, kalau tidak ada duitnya bagaimana susahnya mengelola bisnis. Makanya harus dipikirkan sumber duitnya,  bisa dari share holder kita tarik financial partner, atau bisa pinjam dari bank. Syukur-syukur kalau jadi menantunya orang kaya. Keempat, kompetensi manajemen. Jika kita tidak sangat kompeten dalam manajemen, maka kompetensi manajemen bagi perusahaan bisa kita lakukan dengan cara managing partner. Manajemen termasuk di dalamnya leadership adalah sumberdaya yang kelihatannya abstrak, tetapi itu impactnya sangat nyata.

Kalau kita kuasai dan kita bangun keempat kompetensi ini entah diri kita sendiri yang menguasainya, entah dengan cara berpartner, entah merekrut orang yang bisa menutup kompetensi tadi baik dari segi know-how, network, manajemen dan keuangan, maka succes rate dari perusahaan tersebut akan meningkat.

Tips lain dari Bapak yang mengisnpirasi saya adalah ungkapan Bapak, Jadi jangan pernah menyerah,  dan satu hal yang bisa saya sampaikan untuk para calon para pengusaha-pengusaha muda, bahwa tidak ada sukses yang mudah. Semua sukses itu membutuhkan perjuangan luar biasa. Seorang pengusaha yang sukses itu idealnya memenuhi tiga persyaratan. Harus memiliki kepintaran di atas rata-rata, lalu cari kepintaran di bidang mana yang tadi yaitu tentang know-how. Kedua, bukan kerja keras tapi kerja sangat keras. Ketiga, ada faktor waktu dalam hidup ini. Ini yang sepenuhnya tidak dalam kendali kita, oleh sebab itu kalau gagal jangan menyerah karena waktunya belum datang. Anda lihat Steve Jobs, Steve Jobs itu dari dulu dia pintar, dari dulu dia kerja keras, tapi dulu dia gagal baru setelah dia kembali lagi, dia baru berhasil, ada faktor timing

Sungguh, ilmu yang didapat benar-benar menginspirasi, memotivasi dan menggerakan pikiran, sikap dan tindakan saya untuk menumbuhkan bisnis yang saya miliki.
 
Kepada UC Onliner yang sama-sama sedang mengikuti T100 khususnya dan umumnya kepada semua orang yang sedang berkiprah di dunia entrepreneur, satu hal yang bisa saya share untuk anda, bahwa mengelola sumber daya tidak selalu harus berfokus pada sumber daya berwujud, tetapi cara berpikir seorang entrepreneur dalam menghadapi situasi yang tidak pasti, dan kompetensi manusia yang entrepreneurial adalah sumber daya yang sangat berharga yang menjadi penggerak dalam mengelola sumberdaya berwujud menuju bisnis yang bertumbuh.

Tidak ada strategi untuk bertumbuh tanpa kompetensi manajemen sumberdaya. Tidak ada kompetensi manajemen sumber daya tanpa memiliki growth mindset.

Salam entrepreneur….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar