Salam Enrepreneur….
Dalam
JR-2 minggu yang lalu saya pernah menyampaikan pemaknaan saya tentang strategi
bisnis untuk bertumbuh (strategy to grow)
. Waktu itu saya bilang strategi bisnis untuk bertumbuh berarti sinergitas
sumber daya yang dikelola secara sistematis untuk mecapai tujuan bisnis agar
bertumbuh lebih baik dan lebih menguntungkan. Ternyata di minggu ke tiga ini
saya benar-benar surprise,
benar-benar mendapat kejutan dengan meteri yang disampaikan dalam T100 ini. Apa
yang saya maknai dengan strategy to grow
lebih diperkomplit dengan pengetahuan tentang manajemen sumber daya untuk dapat
bertumbuh dalam bisnis.
Waktu
itu, saya juga bilang sinergitas sumber daya secara sistematis meliputi aspek
sumber daya manusia (SDM), permodalan, produk/jasa, pasar, network, teknologi dan segala aspek pendukung bisnis lainnya. Hal
itu berdasarkan pemaknaan saya atas uraian materi pada minggu ke dua. Saya
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Christina Whidya Utami,
karena Ibu mengupas lebih detail tentang aspek sumber daya yang harus dikelola
dengan sistematis, efektif dan efisien. Dengan merujuk kepada Mahoney dan Pandini, Ibu sampaikan bahwa prinsipnya ada empat hal yang
perlu dikembangkan dalam proses mengembangkan sebuah bisnis usaha kecil atau
usaha menengah. Yaitu :
Pertama,
pemberdayaan terhadap pola organisasi dan administrasi yang baik.
Bagi
UMKM, organiasasi yang baik dapat dibuat dengan struktur organisasi yang
sederhana karena perusahaan belum begitu kompleks seperti perusahaan besar.
Administrasi yang baik sekurang-kurangnya memperhatikan pembukuan keuangan yang
memisahkan antara pengeluaran dan pemasukan pribadi dengan perusahaan,
pemisahan aset pribadi dan aset perusahaan serta penanganan yang baik terhadap supplier, karena supplier yang baik akan memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap
kelangsungan bisnis. Dan yang tidak kalah penting dalam pemberdayaan pola
organisasi dan administrasi yang baik adalah penghargaan terhadap kerja yang
dikeluarkan oleh si pemilik itu sebagai sebuah biaya yang termasuk di dalam
biaya operasional, karena kadangkala kita tidak menganggap atau tidak menghitung
biaya dari tenaga kerja yang dikeluarkan oleh si pemilik itu sebagai sebuah
biaya yang termasuk di dalam biaya operasional usaha kecil dan menengah.
Kedua, pemberdayaan
terhadap perpaduan aset fisik
berwujud seperti sumber daya manusia dan alam, serta aset tidak berwujud
seperti kebiasaan berfikir kreatif dan keterampilan manajerial.
Sumber daya fisik berwujud seperti pegawai/karyawan, modal,
mesin, lokasi, tempat
usaha, peralatan usaha dan lain sebagainya, sedangkan sumber daya tidak berwujud
seperti kebiasaan berfikir kreatif dan dan inovatif serta keterampilan
manajerial, kecanggihan pemasaran, pelayanan terhdap pelanggan, keuletan, dan
ketangguhan dalam menjalankan usaha, brand yang
memiliki good will, relasi atau jaringan dan lain sebagainya.
Ketiga, adaptif terhadap pasar (Proses kerja dan penyesuaian
yang cepat atas tuntutan baru).
UMKM memiliki kriteria skala
usaha yang belum terlalu besar dengan pola struktur organisasi yang belum
terlalu rumit sehingga mereka cukup fleksibel dan adaptif melihat peluang pasar. Contohnya, kesalahan dalam penentuan lokasi akan bisa diupayakan untuk dicari jalan
keluarnya karena mereka tidak terlalu besar dalam menginvestasikan asetnya, dibandingkan
dengan usaha dengan skala besar. UMKM memiliki fleksibilitas dalam pemilihan jalur distribusi. Apakah mereka akan menggunakan jalur distribusi langsung bertemu dengan
konsumen akhir, atau mereka menggunakan pihak-pihak sebagai perantara di dalam
menyampaikan jasa mereka, di dalam menyampaikan produk mereka, ini adalah
merupakan keputusan yang sangat fleksibel.
Keempat, pemberdayaan terhadap budaya pasar.
Sebuah organisasi akan berkembang sejalan
dengan adanya interaksi dari semua entitas atau semua unsur yang ada di dalam
sebuah organisasi. Entitas ini akan berinteraksi satu dengan yang lain untuk
mengembangkan apa yang disebut dengan budaya organisasi. Budaya organisasi akan terbentuk dari upaya untuk
selalu melakukan calculated risk taking,
keuletan mereka dalam berusaha, upaya-upaya yang kreatif untuk mengembangkan usaha, dan mengembangkan
efisiensi dan efektivitas kerja yang luar biasa karena mereka secara aset
berwujud atau secara aset fisik masih mengalami keterbatasan.
Saya
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Nur Agustinus,
karena Beliau telah mencerahkan saya dengan ilmu yang disampaikannya yaitu
prinsip efektuasi. Selama ini, dalam menjalankan bisnis kita selalu terjebak
dengan pemikiran tentang kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang
membuat cara berpikir kita dalam mengembangkan bisnis menjadi mandeg. Salah
satu contohnya, bisnis kita menjadi mandeg karena alasan misalnya, kurang
modal, kurang adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan bebagai alasan
lainnya. Prinsip efektuasi benar-benar membuka pikiran saya yang sedang
berusaha untuk menjadi entrepreneur. Prinsip efektuasi menyadarkan saya untuk menemukan diri, membangun diri dan memperoleh cara baru
berpikir yang dapat mendukung kegiatan entrepreneurial di masa depan. Prinsip efektuasi benar-benar membangun pengetahuan entrepreneurship
saya untuk mengeksplorasi kemampuan saya pribadi dan mengambil
tindakan untuk merencanakan dan melaksanakan sebuah kegiatan entrepreneurial.
Merujuk
pada text book berjudul Effectual Entrepreneurship yang dikarang
oleh Sarasvathy, Pak Nur menjelaskan bahwa Efektuasi adalah seperangkat prinsip-prinsip pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh entrepreneur dalam menghadapi situasi tidak
pasti. Efektuasi
adalah sebuah ide dengan keinginan untuk mencapai tujuan (a sense of
purpose) – sebuah dorongan untuk memperbaiki keadaan dunia dan kehidupan
dengan memungkinkan penciptaan perusahaan, produk, market, jasa dan ide-ide
baru inovatif. Alternatif lain dari efektuasi adalah kausalitas (causality), yang menggambarkan pengambilan keputusan yang
berdasarkan pada prediksi. Lima prinsip
efektuasi, yaitu :
Pertama,
Bird in Hand Principle
Bird In
Hand adalah ungkapan dalam lingkungan di Amerika yang berarti tentang apa saja
yang dimiliki oleh kita. Prinsip ini diuaraikan secara sederhana “Mulai
dengan harta atau alat/cara (means) yang Anda miliki. Jangan menunggu peluang
yang sempurna. Segera lakukan tindakan, berdasarkan apa yang bisa Anda
andalkan: siapa dirimu, apa yang Anda ketahui, dan siapa yang Anda kenal.”
Jadi, kalau
misalnya ingin membuka usaha janganlah berkata, “Wah, saya tidak punya modal”,
Karena modal awal itu adalah siapa kita? Apa yang bisa kita lakukan? Dan siapa
yang kita kenal. Mungkin ada banyak usaha yang didirikan karena orang tuanya
yang bisa memasak, atau istri yang bisa membuat kue misalnya. Atau mungkin
katakanlah adik yang bisa punya keahlian tertentu sehingga membuat usaha itu
menjadi berjalan dengan lancar. Jadi semua ini merupakan bagian dari modal.
kedua, Affordable Loss Principle
Affordable loss artinya sejauh mana entrepreneur itu siap menanggung
kerugian. Ketika seseorang menanamkan uangnya untuk investasi, untuk modal, baik
itu tidak hanya uang, tenaga juga, pikiran, waktu, maka perhitungkan affordable
loss.
Kita harus siap rugi, karena kita tahu bahwa usaha itu
mengahadapi situasi yang tidak pasti. Jadi, tetaplah punya mental siap rugi dan
kerugian yang bisa diterima. Ini pentingnya prinsip Affordable Loss supaya
kalaupun terjadi kerugian, kita masih bisa bangkit karena menganggap kerugian
itu masih affordable buat kita.
Ketiga, lemonade Principle
Lemonade principle itu juga merupakan ungkapan yang ada di Amerika, yaitu ketika hidup
terasa seperti lemon, lemon berarti kecut, yang rasanya kecut, buatlah menjadi lemonade. Lemonade itu limun. Prinsip
ini maksudnya kalau ada situasi yang
tidak pasti, yang tidak enak, kita harus bisa membuatnya menjadi sesuatu yang
berguna, berpeluang bagi kita, artinya kita
tetap punya cara untuk mengatasi problem-problem yang dihadapi.
Tidak semua orang bisa melihat, berpikir bahwa sebuah masalah itu adalah
peluang. Seorang entrepreneur harus bisa mengubah sesuatu yang tidak enak,
situasi yang tidak pasti, dapat dikendalikan supaya bisa menghasilkan sesuatu
peluang yang menguntungkan bagi dirinya.
keempat, Crazy-Quilt Principle
Crazy-quilt yaitu kumpulan dari perca-perca kain yang dijahit sehingga menghasilkan
sebuah selimut yang indah. Crazy-quilt
ini adalah kemampuan seorang entrepreneur membangun network. Seorang
entrepreneur harus bisa menjalin komitmen yang saling menguntungkan dengan
orang lain sehingga dia bisa menghubungkan satu orang dengan orang lain melalui
dirinya sehingga terjadi ikatan dan bisa mendapatkan keuntungan dari hubungan
tersebut.
kelima, Pilot in The Plane Principle.
Kita menganggap bahwa hidup kita ini adalah sebuah pesawat dimana kita
adalah pilotnya. Maka, kita lah yang menentukan pesawat kita ini mau ke mana.
Kita harus bisa mengontrol kemana kita mau menuju. Seorang entrepreneur harus punya
determinasi dan harus mencapainya.
Pilot in The Plane Principle
menyarankan untuk mengandalkan dan bekerja dengan orang yang merupakan pemandu
utama peluang dan tidak membatasi upaya pengusaha untuk mengeksploitasi factor-faktor yang berada di luar kendali individu.
Saya mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Yusak Anshori yang telah
mengingatkan kepada para pengusaha kecil yaitu pertama, pentingnya memilah antara uang untuk perusahaan atau bisnis dan uang
untuk pribadi. Termasuk pengontrolan terhadap keuangan. Tanpa kontrol keuangan
yang baik, maka bisnis lambat laun akan hancur.
Yang kedua, yang
tidak kalah penting adalah harus memikirkan pengembangan. Supaya brand kita lebih dikenal oleh
masyarakat atau pasar, maka kita harus memiliki cabang yang banyak. Dan memiliki
cabang yang banyakpun tidak lepas dari pengontrolan.
Saya mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Antonius Tanan. Bapak begitu
gamblang menjelaskan tentang bagaimana mengidentifikasi peluang dari pelanggan untuk bertumbuh melalui
metafora yang disampaikan yaitu tentang cerita Mas Joko Mempersiapkan
Pertumbuhan Usahanya padahal usaha dia selama ini karang laku. Cerita tersebut
memberi pelajaran kepada saya sehingga saya menjadi tahu tentang apa yang harus
dilakukan saya jika mau menumbuhkan bisnis saya dengan mengidentifikasi peluang dari pelanggan.
Saya harus peka menangkap peluang
dari pelanggan dengan menggunakan rumus ABBA, yaitu Amati, Bertanya, Berdiskusi, dan Analisa. Saya harus mengamati pelanggan dengan seluruh
panca indra. Saya harus menggunakan seluruh panca indra untuk bertanya dan berdiskusi
lalu melakukan analisa
.
.
Jika masalahnya dari hasil mengamati,
bertanya dan berdiskusi begitu banyak, Bapak juga memberi cara bagaimana menjadikannya
sebagai peluang yang dapat diinovasikan dengan tetap menghitung resiko, yaitu
masalah dipilah dengan skala prioritas ABC. "A" sangat mempengaruhi
keputusan pelanggan dalam membeli jadi artinya kalau masuk A harus sungguh -
sungguh dilakukan. "B" cukup mempengaruhi pelanggan kalau bisa harus
kita lakukan dan "C" tidak terlalu mempengaruhi pelanggan karena
pesaing juga memiliki masalah yang sama.
Bapak juga
memberi tahu, untuk dapat mengumpulkan lebih banyak gagasan dapat menggunakan
sebuah rumus kreatifitas yang namanya TAKUTIRUKO berarti Tambah, Kurang,
Tiru, Ubah & Kombinasikan.
Saya
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Martha Tilaar. Saya
sangat terkesan dengan perjalanan bisnis yang dibangun oleh Ibu. Saya melihat,
perjalanan bisnis Ibu dimulai dari siapa diri Ibu. Ibu memiliki kemampuan
sebagai seorang ahli kecantikan yang
berlisensi, yaitu American Licensed Beautician. Lalu Ibu lakukan bisnis dengan membuka salon di
sebuah garasi milik orang tua yang berukuran 4 x 6 meter. Garasi itu Ibu sulap
menjadi salon dengan modal berasal dari orang dekat Ibu, “ada yang 30%, 10%, ayah saya 30%, dan
saya 30%” begitulah Ibu katakan. Kemudian Ibu Pekerjakan seorang karyawati.
Ibu lakukan promosi
dengan cara mengetik brosur yang dititipkan kepada tukang koran. Tetapi ternyata
hasil dari promosi tersebut berdatanganlah para costumer yaitu para Istri ambassador.
Enam bulan kemudian usahanya
bertumbuh, maka diubahnyalah rumah orang tuanya menjadi salon kecantikan.
Bisnis Ibu makin bertumbuh. Untuk menembus
pasar Indonesia, memang Ibu perlu suatu hal yang berbeda. Maka, Ibu kembangkan
produk bisnis Ibu dengan pendekatan Scientific Approach. Ibu belajar di
negeri Belanda. Ibu belajar ethnobothany
dan medical antropology melalui
profersuarial chair di Laiden. Hasilnya bisnis Ibu semakin besar
dan produknya dapat dipercaya.
Sejak
saat itu, Ibu mulai paham dengan kearifan budaya. Kearifan
budaya itu sangat menjadikan inspirasi buat
Ibu. Terbukti, dengan melakukan inovasi diciptakan sebuah produk kecantikan
yang terinspirasi dari budaya Minang. Dan produk itu sangal meledak dipasaran.
Perjalanan bisnis memang selalu mendapatkan ketidakpastian.
Krisis yang melanda Indonesia tahun 1998 tidak bisa dihindari oleh bisnis yang
dijalankan Ibu. Walau krisis, semangat Ibu tetap menyala dan pikiran terus
mencari inovasi untuk keluar dari krisis. Ibu memanfaatkan begitu banyak hal yang
“gratis” yang mengakar dari keragaman dan kekayaan budaya nusantara lalu
mengubahnya jadi solusi kreatif bagi perempuan Indonesia dan dengan cara itu Ibu
mendirikan dan membesarkan usahanya. Ibu
mengembangkan bisnis
dengan sitem nilai yang disingkat dengan kata DJIITU
berarti Disiplin, Jujur,
Iman yang Kuat, Inovasi Terus Menerus, Tekun,
Ulet.
Melihat perjalanan
bisnis yang Ibu kelola, merupakan gambaran contoh yang jelas dari pengetahuan
yang diberikan oleh Ibu Whidya, Pak Nur, Pak Yusak, Pak Antonius dan Pak
Sudhamek tentang bagaimana Ibu mengelola sumber daya untuk menciptakan strategi
bisnis mulai dari bisnis yang kecil bertumbuh menjadi bisnis yang besar.
Juga
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Sudhamek. Dari
beliau saya dapat menyerap ilmu bahwa melakukan perubahan (transformasi) sebuah
bisnis agar bertumbuh kearah yang lebih baik, maka pengeloaan sumber daya
haruslah dilakukan dengan intensity, focus and consistence. Contoh, Perusahaan
akan bertumbuh jika fokus pada bisnis tersebut, karena pengrlolaan bisnis yang
bercabang mengakibatkan bisnis itu sendiri tidak akan terkelola dengan baik.
Jika pada perusahaan tersebut perlu membentuk budaya perusahaan, maka budaya
perusahaan akan berjalan dengan baik
jika dilakukan dengan inntensif, karena budaya perusahaan terbentuk dari
hal-hal yang dibiasakan. Jika dalam perusahaan memegang teguh nilai kejujuran ,
maka kejujuran harus dilakukan secara konsisten, jangan sampai pagi jujur sore
bohong.
Untuk bisa melakukan tranformasi bisnis melalui intensity, focus and consistence, Bapak telah memberi saya sebiah
tips, yaitu ada empat jenis kompetensi yang harus selalu ditingkatkan, yaitu Pertama, kompetensi ilmu pengetahuan dan
teknologi (know-how). Setiap industri
itu ada know-how sendiri dan membutuhkan
know-how tersebut atau Setiap industri mempunyai teknologi yang berbeda-beda. Kedua, Kompetensi membangun jaringan
(network). Setiap industri succes rate- nya
sangat ditentukan bagaimana manage network. Bangunlah network dengan
pihak-pihak berkepentingan termasuk dengan supplier
and costumer. Ketiga, kompetensi access to
capital. Perusahaan kita ibarat tubuh, maka tubuh kita perlu darah,
kalau tidak ada duitnya bagaimana susahnya mengelola bisnis. Makanya harus
dipikirkan sumber duitnya, bisa dari share holder kita tarik financial partner, atau bisa pinjam dari
bank. Syukur-syukur kalau jadi menantunya orang kaya. Keempat, kompetensi manajemen. Jika kita tidak sangat kompeten
dalam manajemen, maka kompetensi manajemen bagi perusahaan bisa kita lakukan
dengan cara managing partner. Manajemen
termasuk di dalamnya leadership adalah sumberdaya yang kelihatannya abstrak,
tetapi itu impactnya sangat nyata.
Kalau kita
kuasai dan kita bangun keempat kompetensi ini entah diri kita sendiri yang
menguasainya, entah dengan cara berpartner, entah merekrut orang yang bisa
menutup kompetensi tadi baik dari segi know-how,
network, manajemen dan keuangan, maka
succes rate dari perusahaan tersebut
akan meningkat.
Tips lain
dari Bapak yang mengisnpirasi saya adalah ungkapan Bapak, “Jadi jangan
pernah menyerah, dan satu hal yang bisa
saya sampaikan untuk para calon para pengusaha-pengusaha muda, bahwa tidak ada
sukses yang mudah. Semua sukses itu membutuhkan perjuangan luar biasa. Seorang
pengusaha yang sukses itu idealnya memenuhi tiga persyaratan. Harus memiliki
kepintaran di atas rata-rata, lalu cari kepintaran di bidang mana yang tadi yaitu
tentang know-how. Kedua, bukan kerja keras tapi kerja
sangat keras. Ketiga, ada faktor
waktu dalam hidup ini. Ini yang sepenuhnya tidak dalam kendali kita, oleh sebab
itu kalau gagal jangan menyerah karena waktunya belum datang. Anda lihat
Steve Jobs, Steve Jobs itu dari dulu dia pintar, dari dulu dia kerja keras,
tapi dulu dia gagal baru setelah dia kembali lagi, dia baru berhasil, ada
faktor timing”
Sungguh,
ilmu yang didapat benar-benar menginspirasi, memotivasi dan menggerakan
pikiran, sikap dan tindakan saya untuk menumbuhkan bisnis yang saya miliki.
Kepada UC Onliner
yang sama-sama sedang mengikuti T100 khususnya dan umumnya kepada semua orang
yang sedang berkiprah di dunia entrepreneur, satu hal yang bisa saya share untuk anda, bahwa mengelola sumber
daya tidak selalu harus berfokus pada sumber daya berwujud, tetapi cara
berpikir seorang entrepreneur
dalam menghadapi situasi yang tidak pasti, dan kompetensi manusia yang entrepreneurial adalah sumber daya
yang sangat berharga yang menjadi penggerak dalam mengelola sumberdaya berwujud
menuju bisnis yang bertumbuh.
Tidak ada strategi
untuk bertumbuh tanpa kompetensi manajemen sumberdaya. Tidak ada kompetensi
manajemen sumber daya tanpa memiliki growth mindset.
Salam
entrepreneur….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar